"Pasangan yang tewas adalah warga setempat," kata Gubernur Bayan-Ulgii, Aipiin Gilimkhaan, dilansir dari laman Channel News Asia, Selasa 7 Mei 2019.
"Tidak ada unsur kriminal dalam kematian ini," imbuhnya.
Kematian akibat daging marmot memicu karantina di Bayan-Ulgii. Karantina selama enam hari membuat para turis terdampar di daerah terpencil tersebut.
Para wisatawan dari Rusia, Jerman dan Swiss yang kebetulan berada di sana terpaksa harus menunggu karantina dicabut. "Kita semua baik-baik saja, tidak ada yang sakit," ucap seorang turis asal Jerman, Teresa.
Sebastian Pique, sukarelawan Korps Perdamaian Amerika yang telah tinggal di Bayan-Ulgii selama dua tahun, mengatakan bahwa dia dan para wisatawan sempat diundang ke kantor gubernur. Di sana, mereka diberitahu mengenai situasi terkait kematian akibat daging marmot.
"Setelah karantina diumumkan, tidak banyak orang berkeliaran di jalanan karena takut terserang penyakit (bubonic plague)," tutur Pique.
Karantina masih berlanjut hingga saat ini. Diperkirakan karantina baru akan dicabut pada Selasa malam waktu setempat.
Pihak berwenang telah mengingatkan orang-orang agar tidak memakan daging marmut mentah karena bahaya dari Yersinia pestis, jenis kuman penyebab penyakit pes.
Namun, beberapa orang mengabaikan peringatan tersebut karena mereka meyakini makan jeroan marmot baik untuk kesehatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id