Pulau tersebut dilaporkan telah dikelilingi ratusan kapal Tiongkok. Dalam sebuah konferensi pers, Duterte mendorong Tiongkok untuk segera menjauh dari Pag-asa.
"Saya tidak akan memohon, tapi saya hanya menyarankan agar Anda menjauh dari Pag-asa karena saya menyiagakan prajurit di sana," tegas Duterte, dikutip dari laman Express, Senin 15 April 2019.
"Jika Anda berani menyentuhnya, ceritanya akan lain. Saya akan memerintahkan para prajurit untuk 'bersiap melancarkan misi bunuh diri,'" sambung dia.
Selama ini Duterte tetap menjaga hubungan baik dengan Tiongkok dengan harapan dapat mengundang lebih banyak perdagangan dari investasi dari Negeri Tirai Bambu ke Filipina. Namun dia juga selalu bersikap keras terhadap kehadiran militer Tiongkok di dekat wilayah Filipina di Laut China Selatan.
Sikap keras Duterte terhadap aktivitas Tiongkok di LCS diyakini telah memperkuat kemitraan Filipina dengan Amerika Serikat.
Bulan lalu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa "aktivitas militer Tiongkok di Laut China Selatan mengancam kedaulatan, keamanan dan perekonomian Filipina."
"Karena Laut China Selatan adalah bagian dari Pasifik, setiap serangan bersenjata terhadap pasukan, pesawat atau kapal Filipina di perairan tersebut akan memicu tanggung jawab pertahanan di bawah Artikel 5 dalam kemitraan kami," lanjut dia, merujuk pada kerja sama militer Filipina dan AS.
Laut China Selatan adalah salah satu perairan dengan rute dagang tersibuk di dunia. Tiongkok mengklaim keseluruhan wilayah tersebut, yang membuat sejumlah negara tetangga geram. Deretan negara itu di antaranya Vietnam, Filipina dan Brunei Darussalam.
Untuk menjaga perdamaian di LCS, AS telah melakukan pelayaran bertajuk "kebebasan bernavigasi" di sekitar perairan itu sejak 2015. AS berharap para negara sekutu juga melakukan hal serupa di Laut China Selatan.
Baca: Kapal AS Tantang Klaim Tiongkok di Laut China Selatan
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News