medcom.id, Nusa Dua: Mantan Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) Kofi Annan memuji masyarakat majemuk Indonesia yang menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara secara harmonis.
Ia kagum karena kehidupan di Indonesia bisa berjalan tanpa konflik berarti, meski dihuni 1.300 etnis dan menggunakan sekitar 700 bahasa daerah. Meski mayoritas di Indonesia adalah Muslim, penganut agama lain dapat hidup dengan tentram dan damai.
"Ini karena ada semangat dari kesatuan dalam keberagaman, Bhineka Tunggal Ika. Saya harap saya mengucapkannya dengan benar," tutur Kofi Annan dalam pembukaan Bali Democracy Forum (BDF) IX di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Bali, Kamis (8/12/2016).
"Hal ini mengonfirmasi pluralisme dapat berjalan baik di sebuah negara," sambung dia.
Tema BDF IX adalah Religion, Democracy and Pluralism, yang dinilai Presiden Joko Widodo relevan dengan situasi terkini di kawasan dan global. Kofi Annan mengingatkan adanya sejumlah ancaman terhadap demokrasi dan pluralisme. Salah satu ancaman itu datang dari bermunculnya grup ekstremis di sejumlah wilayah dunia.
(Baca: Buka BDF IX, Jokowi Tekankan Pentingnya Toleransi Beragama).
Ekstremis, menurut Kofi, beraksi secara brutal dan bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Mereka juga dinilai kerap menyalahgunakan agama sebagai landasan untuk melancarkan aksi kekerasan.
"Para ekstremis ini brutal, bahkan terhadap penganut agamanya sendiri yang dianggap tidak sejalan dengan mereka," ungkap Kofi Annan.
Agama pada dasarnya mengajarkan kebaikan. Namun, menurut Kofi, terkadang banyak pihak-pihak yang menyalahgunakannya. Agama seharusnya digunakan sebagai petunjuk, atau panduan bagi kehidupan manusia.
"Nilai-nilai agama telah menginspirasi terlahirnya beragam aturan, bahkan di negara-negara sekuler. Tapi kita tidak bisa mengingkari, bahwa terkadang agama dijadikan alasan membunuh," sebut Kofi Annan.
"Semua pemeluk agama seharusnya dapat menjalankan ibadahnya secara bebas, namun dengan tetap berpegang teguh pada semangat pluralisme," lanjutnya.
Sebelum pembukaan BDF, Kofi Annan telah berbincang-bincang dengan Presiden Jokowi dalam membahas masalah Rohingya di Rakhine, Myanmar. Jokowi menyatakan siap menyalurkan bantuan darurat ke Rakhine, seperti makanan dan obat-obatan.
Kofi Annan ditunjuk sebagai Ketua Advisory Committee atau Ketua Komite Penasihat untuk Rakhine, yang dibentuk Pemerintah Myanmar serta Kofi Annan Foundation, untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di wilayah tersebut.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi juga sudah membicarakan masalah Rohingya dengan Kofi Annan pada Rabu 7 Desember. Satu hari sebelumnya, Menlu Retno membicarakan masalah serupa bersama pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi di Naypyidaw.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News