"Banyak warga Filipina, Amerika dan Jepang kehilangan nyawanya di Filipina selama perang," ujar Kaisar Akihito, sesaat sebelum berangkat meninggalkan Tokyo, Selasa (26/1/2016).
"Terutama dalam pertempuran di Manila, di mana banyak warga sipil Filipina yang menjadi korban. Dalam kunjungan ini, kita harus selalu mengingat itu setiap saat," sambung dia, seperti dilansir Associated Press.
Jepang menjajah Filipina selama PD II. Pertempuran di Manila pada 1945 antara Jepang dan Amerika Serikat serta Filipina membuat kota hancur berantakan.
Akihito, kaisar berusia 82 tahun, akan mengunjungi memorial PD II untuk korban perang dari kubu Filipina dan Jepang. Dia adalah anak dari mantan Kaisar Hirohito, yang merupakan komandan tertinggi dalam agresi Jepang di PD II. Saat PD II berakhir, Akihito masih berusia 11 tahun.
Meski kaisar, peran Akihito hanyalah sebagai simbol negara dan tidak memiliki kekuatan politik. Dia adalah kaisar yang populer di kalangan publik Jepang, istrinya, Michiko, adalah warga biasa pertama yang dapat menikah dengan anggota kekaisaran.
Hubungan Jepang dan Filipina meningkat drastis dalam tujuh dekade sejak PD II. Jepang menjadi negara donor utama bagi Filipina, dan kedua negara bekerja sama dalam bidang pertahanan untuk menghadapi melonjaknya kekuatan militer Tiongkok.
Sebelum kunjungan Filipina, Akihito sudah mengunjungi memorial PD II di Palau tahun lalu dan di Saipan pada 2005. Dia juga pernah berdoa untuk korban perang Jepang dan AS di Iwo Jima di tahun 1994.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News