Kesamaan terlihat dari gaya bekerja kedua pemimpin, yang berusaha mendengarkan aspirasi dari semua kalangan masyarakat.
Sejak sebelum menjadi presiden hingga saat ini, Jokowi dikenal senang turun langsung ke tengah masyarakat dan mendengarkan aspirasi mereka. Kegiatan ini dikenal dengan istilah blusukan.
Sementara Paus Fransiskus juga dikenal senang 'jalan-jalan.' Ia telah mengunjungi berbagai komunitas dunia, mulai dari benua Amerika hingga ke Afrika. Dalam kunjungannya, Fransiskus kerap mendorong semangat toleransi beragama.

(Paus Fransiskus di Republik Afrika Tengah. Foto: AFP/GIUSEPPE CACACE)
"Paus Fransiskus memiliki kesamaan dengan Pak Jokowi, dekat dengan rakyat dan tidak konservatif," ujar Agus ketika berkunjung ke kantor Media Group di Kedoya, Jakarta Barat, Senin (1/2/2016).
Salah satu fokus Dubes Agus juga akan mendorong Paus Fransiskus untuk berkunjung ke Indonesia pada 2017.
"Rencananya Pak Jokowi akan mengunjungi Vatikan pada September atau Oktober. Dengan kegiatan itu, seharusnya tidak ada alasan bagi Paus (untuk tidak ke Indonesia)," lanjutnya.
Selain kunjungan Paus, Dubes Agus juga memfokuskan usahanya dalam menggelar dialog antar agama dan melanjutkan proyek Museum Artefak Indonesia di Vatikan.
Beragam artefak Indonesia ada di Vatikan, di antaranya wayang kulit, replika Candi Borobudur, batik khas Jawa serta ukiran kayu dari Suku Asmat.
Pemerintah Indonesia telah bekerja sama dengan Vatikan dalam proyek museum. Vatikan telah memberikan lahan sekitar 120 meter per segi untuk pengembangan museum tersebut.
Dubes Agus akan berangkat ke Vatikan pada 14 Februari mendatang. Ia menggantikan Dubes Vatikan sebelumnya, Budiarman Bahar yang telah bertugas sejak 2011.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News