"Sebab, ada dua arus narasi yang mewarnai konflik yang sekarang sedang terjadi di Suriah, baik kelompok milisi Kurdi yang didukung Amerika, maupun Turki memiliki alasan yang kuat untuk berdiri di posisinya masing-masih saat ini," kata Azis dalam keterangan tertulis, Senin, 21 Oktober 2019.
Politikus Golkar itu minta pemerintah untuk mendalami polemik tersebut dengan baik. Salah satunya, mengkaji data primer yang bersumber dari kedutaan dan intelijen.
"Pemerintah tidak bisa membaca konflik ini dari data sekuder, media massa. Harus berdasarkan laporan langsung dari kedutaan dan intelijen yang ditempatkan di wilayah tersebut," ucap Azis.
Dia mengingatkan konflik yang terjadi di Suriah tidak boleh dipandang sebelah mata karena dampaknya serius.
"Beberapa pengamat memprediksi, agresifitas serangan Turki ke Suriah bukan tidak mungkin bisa memicu aktifnya kembali sel-sel terorisme global yang sudah dilumpuhkan sebelumnya," tutur Azis.
Oleh karena itu, mantan Ketua Komisi III DPR RI itu menyarankan agar pemerintah lebih mengutamakan politik luar negeri bebas aktif, tanpa harus berpihak kepada salah satu kubu.
"Pemerintah sebaiknya fokus pada aspek kemanusiaan dan mendorong upaya perdamaian," kata Azis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News