Laporan menunjukkan bahwa di satu perkampungan terdapat 400 anak yang dipisahkan dari orangtuanya dan sengaja diasingkan, baik di kamp maupun di dalam penjara.
Kesaksian dari anak-anak ini sulit didapat. Pasalnya, otoritas Xinjiang melarang jurnalis masuk ke kawasan tersebut. Namun, BBC dapat menggali kesaksian di Turki.
Di sebuah aula besar di Istanbul, puluhan orang mengantre untuk menceritakan kisah mereka. Banyak dari mereka memegang foto anak-anak mereka yang diduga kini diasingkan di Xinjiang.
"Saya tidak tahu anak saya di mana. Tapi saya yakin dia ada di Tiongkok," kata seorang ibu paruh baya, dikutip dari BBC, Jumat 5 Juli 2019.
Baca: Media Tiongkok: Erdogan Sebut Uighur Bahagia di Xinjiang
Seorang ibu lain, sambil memegang foto dari tiga putranya, menyeka air mata dan mengatakan bahwa ketiga anaknya ada di panti asuhan. Namun, ia tak tahu lokasi panti asuhan tersebut.
Dalam 60 wawancara terpisah, puluhan orangtua dan kerabat lainnya menceritakan secara detil tentang adanya ratusan anak-anak Muslim yang saat ini hidup di Xinjiang.
Muslim yang tinggal di Xinjiang adalah Uighur, kelompok etnis mayoritas beragama Islam yang memiliki ikatan bahasa dan keyakinan dengan Turki. Tiga tahun terakhir, mereka mengaku terjebak dalam 'rayuan' Tiongkok di mana mereka akhirnya ditahan di kamp-kamp di Xinjiang.
Pihak Tiongkok menampik kabar itu. Mereka mengaku, etnis Uighur dididik di pusat-pusat pelatihan kejuruan untuk dijauhkan dari ideologi ekstremisme.
Namun, bukti menunjukkan bahwa mereka ditahan karena mengekspresikan iman mereka, seperti berdoa, mengenakan kerudung atau memiliki koneksi ke negara-negara lain yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Hingga laporan BBC ini dirilis, belum ada tanggapan dari pemerintah Tiongkok maupun Turki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News