Duta Besar Korut untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Kim Song menuding Washington hanya memanfaatkan negosiasi nuklir dengan Pyongyang demi kepentingan politik dalam negeri.
"Kami sudah tidak butuh bernegosiasi panjang dengan AS. Denuklirisasi sudah tidak dapat dinegosiasikan lagi," kata Dubes Kim, dikutip dari laman TVNZ, Minggu 8 Desember 2019.
Pernyataan Dubes Kim merupakan respons atas kecaman enam negara Eropa terhadap peluncuran 13 misil balistik yang dilakukan Korut sejak Mei lalu. Ia menuduh keenam negara itu -- Prancis, Jerman, Inggris, Belgia, Polandia dan Estonia -- sebagai "anjing peliharaan AS dalam beberapa bulan terakhir."
Dubes Kim menyebut kecaman enam negara Eropa tersebut sebagai "provokasi serius" terhadap Korut yang "berhak memperkuat kapabilitas pertahanan nasional."
Komentar Dubes Kim merupakan kelanjutan dari rangkaian pernyataan Korut, yang intinya menekankan bahwa prospek kelanjutan dialog nuklir dengan AS sudah semakin menipis.
Sabtu kemarin, Wakil Menteri Luar Negeri Korut Choe Son Hui mengancam akan melanjutkan penghinaan terhadap Trump jika orang nomor satu di AS itu terus menggunakan bahasa provokatif seperti "pria roket."
Beberapa hari sebelum itu, Trump berbicara mengenai kemungkinan melakukan aksi militer terhadap Korut. Kala itu Trump kembali menggunakan istilah "pria roket" yang ditujukan kepada pemimpin Korut Kim Jong-un.
Hingga saat ini negosiasi nuklir antara AS dan Korut mandek, meski Trump dan Kim telah tiga kali bertemu. Dua pertemuan dilakukan dalam konferensi resmi, dan yang ketiga secara informal di Zona Demiliterisasi (DMZ).
Inti dari negosiasi adalah, AS menginginkan Korut menghentikan seluruh program senjata nuklir. Jika itu terlaksana, maka AS akan mencabut rangkaian sanksi ekonomi yang telah dijatuhkan ke Korut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News