Sejak dalam kampanyenya, Tsai telah bersikukuh akan terus mempertahanan 'status quo' dengan Tiongkok. Soal ekonomi, ia pun berjanji akan mengubah jalan perekonomian Taiwan menjadi lebih baik.
Tsai Ing-wen adalah presiden wanita pertama dalam sejarah Taiwan. Rakyat Taiwan, kala itu, berharap ia akan menciptakan lebih banyak stabilitas dan menghidupkan kembali perekonomian Taiwan.
Wawancara Khusus Kepala Perwakilan Dagang Taiwan untuk Indonesia (TETO), John C. Chen, menegaskan pula bahwa revitalisasi ekonomi adalah prioritas utama dari pemerintah.
"Dalam rangka mengubah struktur ekonomi dan industri Taiwan serta untuk 'membakar' pertumbuhan industri Taiwan, pemerintah fokus pada pengembangan industri '5 plus 2'," ungkap John saat diwawancarai eksklusif oleh Metrotvnews.com di Kantor TETO, kawasan Sudirman, Jakarta, Rabu 1 Maret 2017.
John menyebutkan program '5 plus 2' adalah industri teknologi energi hijau, pengembangan Asia Silicon Valley, biomedis, mesin cerdas, pertahanan dan kedirgantaraan nasional, ditambah perkembangan paradigma pertanian baru dan lingkaran ekonomi.
"Selain itu, pemerintah secara aktif mempromosikan Kebijakan Baru Southbound. Dengan pemikiran ini, kami telah meluncurkan pedoman, dan rencana kerja untuk menerapkan kebijakan tersebut," tutur John.
Presiden Tsai, sejak pelantikannya, sudah mendorong baik di pemerintah pusat dan daerah untuk bergabung untuk mempromosikan Kebijakan Baru Southbound ini untuk membawa Taiwan menuju kemakmuran ekonomi yang besar dan jangkauan global yang lebih luas.
"Ada empat bidang fokus utama pada pelaksanaan Kebijakan Baru Southbound antara lain ekonomi dan kerja sama perdagangan, pertukaran bakat, berbagi sumber daya, dan konektivitas regional," tutur pria yang pernah menjadi perwakilan TETO di Afrika Selatan ini.
Hubungan dengan Tiongkok
Kebijakan Baru Southbound dimaksudkan untuk menempa rasa komunitas ekonomi antara Taiwan dan 18 negara, yaitu 10 anggota ASEAN, enam negara Asia Selatan, serta Australia dan Selandia Baru.
"Dalam rangka untuk meningkatkan cakupan dan keragaman perekonomian bangsa sementara mengurangi overreliance pada setiap pasar tunggal, kebijakan ini memang diperlukan," tukasnya lagi.
Sambil menyesap teh, John pun menjelaskan bahwa teh yang disuguhkan kepada Metrotvnews.com adalah buatan Taiwan. Dengan kata lain, kini Taiwan sudah bisa memproduksi teh sendiri.
"Memang dulu masih diproduksi oleh Tiongkok, namun sekarang kami sudah bisa memproduksi teh sendiri dan rasanya sangat enak, bukan?" ucapnya sambil menyunggingkan senyum.
Tsai menang telak pada pemilu Taiwan pada Januari lalu. Para pendukungnya berharap Tsai yang tergabung dalam Partai Progresif Demokratis bisa memperbaiki keadaan Taiwan, terutama dengan Tiongkok saat pemerintahan Ma Ying-jeou.
Ma sendiri tergabung dalam partai Kuomintang (KMT). Kuomintang adalah salah satu partai nasionalis Tiongkok dan merupakan partai politik tertua di Tiongkok.
Partai ini bertujuan melawan Kekaisaran Qing dan mendirikan Republik Tiongkok atau yang sekarang lebih dikenal dengan Taiwan demi adanya pembaharuan di Tiongkok.
Saat kampanye, Tsai sendiri mengatakan dia ingin "mempertahankan status quo" dengan Tiongkok.
Sebelumnya, Tsai kalah dalam pemilihan presiden 2012 namun berhasil memimpin partai dalam beberapa kemenangan regional. Dia pun mendapat peningkatan dukungan dari publik karena ketidakpuasan meluas akan KMT dan cara Ma menangani ekonomi dan melebarnya kesenjangan kekayaan.
Mantan profesor akuntansi ini populer di kalangan pemuda partai, tapi belum bisa mengubah opini publik yang semakin tak senang dengan posisi partai yang dekat dengan Tiongkok dan kesulitan ekonomi pulau tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News