Pengungsi Rohingya memegang spanduk bertuliskan Lindungi Rohingya. (Foto: AFP)
Pengungsi Rohingya memegang spanduk bertuliskan Lindungi Rohingya. (Foto: AFP)

Bungkam soal Pembantaian Rohingya, Suu Kyi Dikecam

Sonya Michaella • 22 November 2016 19:40
medcom.id, Naypyidaw: Tokoh nomor satu di Myanmar Aung San Suu Kyi masih bungkam terkait aksi kekerasan militer terhadap Muslim Rohingya di wilayah Rakhine. Bungkamnya Suu Kyi diikuti gelombang kritik dari sejumlah lembaga hak asasi manusia.
 
Laporan Human Rights Watch (HRW) menunjukkan sebanyak 1.250 rumah warga Rohingya di lima desa di Rakhine rata dengan tanah akibat hancur terbakar atau ambruk karena serangan militer. 
 
Dilansir CNN, Selasa (22/11/2016), lebih dari 100 Muslim Rohingya tewas dan 30 ribu lainnya melarikan diri akibat serangan ini. Muslim Rohingya pun berusaha menyeberang ke perbatasan Bangladesh, namun dicegat dan ditembaki militer Myanmar.

Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk penerapan HAM di Myanmar, Yanghee Lee, mengkritik sikap Suu Kyi terhadap krisis di negaranya. Ia menuntut adanya investigasi terkait tudingan aksi pembantaian warga Rohingya oleh militer Myanmar. 
 
"Penasihat negara, Aung San Suu Kyi, menyatakan bahwa pemerintah merespons situasi ini berdasarkan hukum yang berlaku. Namun, saya tidak melihat adanya upaya dari sisi pemerintah untuk menyelidiki soal tuduhan pelanggaran HAM dalam kejadian ini," ujar Lee.
 
Bungkam soal Pembantaian Rohingya, Suu Kyi Dikecam
Peraih nobel perdamaian Aung San Suu Kyi. (Foto: AFP)
 
Lee mendesak pemerintah Suu Kyi segera bertindak dan melindungi warga sipil Rohingya. Lee juga menyesalkan tindakan pembantaian dilakukan aparat militer Myanmar.
 
Respons dari berbagai negara tetangga dan dunia internasional bermunculan, tak terkecuali Indonesia. Sebagai sesama anggota ASEAN, Indonesia mendesak pemerintah Myanmar segera memulihkan kondisi di Rakhine.
 
Persatuan Pelajar Islam Asia Tenggara (PEPIAT) juga mengecam pembantaian Rohingya. 
 
"Kami mengecam keras peristiwa genosida Rohingya, kami meminta Presiden Republik Indonesia untuk tegas pada Myanmar. Presiden Jokowi bisa usir Duta Besar Myanmar untuk Indonesia, dan juga meminta Myanmar dikeluarkan dari ASEAN," tegas Presiden PEPIAT Puji Hartoyo Abubakar.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan