Menlu Retno Marsudi menjelaskan tentang bantuan pembangunan rumah sakit untuk warga etnis Rohingya (Foto: Dok.Kemenlu RI).
Menlu Retno Marsudi menjelaskan tentang bantuan pembangunan rumah sakit untuk warga etnis Rohingya (Foto: Dok.Kemenlu RI).

Rumah Sakit Seluas 4.000 Meter Persegi Dibangun Indonesia untuk Rohingya

Fajar Nugraha • 29 April 2017 12:20
medcom.id, Manila: Indonesia akan membangun rumah sakit di atas tanah seluas 4.000 meter persegi untuk masyarakat Rohingya di Myanmar. Hal itu dipastikan oleh Menteri Luar Negeri Retno L.P Marsudi.
 
Berbicara kepada para wartawan di Manila, Filipina, Jumat 28 April, Menlu menyebutkan bahwa pembangunan rumah sakit ini merupakan bentuan bantuan kesehatan jangka panjang.
 
"Indonesia sudah menyelesaikan asistensi jangka pendek dalam bentuk bantuan 'humanitarian' darurat. Kini kami mengalihkan bantuan tersebut untuk proyek jangka panjang dan jangka menengah di berbagai bidang seperti kesehatan," kata Retno saat menemui sejumlah wartawan satu hari menjelang Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN, di Manila.
 
Menlu Retno menambahkan, hampir semua persiapan pembangunan rumah sakit sudah selesai, dari perizinan, desain konstruksi, maupun dana.
 
"Kami hanya tinggal mengurus beberapa izin, dan akan segera membangun rumah sakit tersebut," kata Retno, seperti disitat dari situs Setkab.go.id, Sabtu 29 April 2017.
 
Sebelumnya pada Jumat siang, Retno telah bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Myanmar, Kyaw Tin, untuk membicarakan persoalan tersebut.
 
Lalu pada pagi ini, Presiden Joko Widodo, yang tiba di Manila pada Jumat siang, menggelar pertemuan bilateral untuk pertama kalinya dengan Menteri Luar Negeri Myanmar Aung San Suu Kyi di sela-sela KTT ASEAN.
 
Sebagaimana diketahui, masyarakat muslim Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar, adalah kelompok minoritas yang sering mendapat perlakuan diskriminasi dari pemerintahan dan juga masyarakat setempat karena dianggap bukan merupakan bagian dari identitas bangsa tersebut. Setidaknya ada 1,1 juta anggota Rohingya yang tidak mendapatkan status kewarganegaraan.
 
Pada 2012 lalu, kekerasan meledak di Rakhine saat kelompok radikal Buddha menyerang minoritas Rohingya sehingga menewaskan lebih dari 100 orang.
 
Dampak selanjutnya, ratusan ribu orang melarikan diri dan terpaksa tinggal di pusat penampungan.
Lima tahun sejak kerusuhan tersebut, lebih dari 125.000 Rohingya kini masih tinggal di tempat penampungan tersebut dengan kondisi yang memprihatinkan.
 
Mereka juga tidak diperbolehkan untuk pulang ke rumah asal mereka di Rakhine. Kondisi itulah yang membuat Indonesia mulai memberikan bantuan kemanusiaan darurat berjangka pendek yang kini mulai dialihkan ke dalam bantuan jangka menengah dan jangka panjang.
 
"Selain bidang kesehatan, bantuan jangka panjang dan menengah itu juga akan mencakup bidang pendidikan, pembangunan kapasitas manusia dan pemberdayaan ekonomi," imbuh mantan Dubes Indonesia untuk Belanda itu.
 
Sementara itu terkait akar persoalan status kewarganegaraan Rohingya, Retno, saat bertemu dengan Wakil Menlu Kyaw Tin, mengaku sudah mendesak Myanmar untuk segera melaksanakan rekomendasi tim panel PBB yang meminta pemerintah untuk segera melakukan registrasi dan verifikasi.
 
"Persoalan kewarganegaraan ini adalah hal penting yang ingin diketahui oleh publik internasional. Saya sudah menyampaikan hal ini kepada Wakil Menlu Kyaw Tin siang tadi," kata dia.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan