Seperti dilansir BBC, Rabu (4/5/2016), kelompok Abu Sayyaf merilis sebuah video di mana tiga orang sandera yang terdiri dari warga negara Kanada, Norwegia dan Filipina dikelilingi oleh enam militan.
Dalam video tersebut, mereka meminta tuntutan tebusan yang mereka minta harus dipenuhi. Jika tidak, mereka akan membunuh tiga sandera tersebut.
Seorang militan bertopeng pun memperingatkan tiga sandera itu akan segera dibunuh jika menunda-nunda pembayaran uang tebusan.
Pekan lalu, seorang warga Kanada bernama John Ridsdel telah tewas dipenggal oleh kelompok Abu Sayyaf karena Kanada tidak memberikan uang tebusan dari tenggat waktu yang ditentukan yaitu 25 April pukul 15.00 waktu setempat. Ridsdel ditangkap kelompok Abu Sayyaf ketika sedang berlibur di sebuah pulau di Filipina.
Militer Filipina sebelumnya menyebutkan bahwa potongan kepala ditemukan di sebuah pulau terpencil pada Senin malam waktu setempat. Penemuan dilakukan sekitar lima jam usai batas waktu pembayaran tebusan.
Pemenggalan dari Ridsdel ini mengundang kecaman dari PM Kanada Justin Trudeau. Menurut Trudeau, pemenggalan ini merupakan bentuk pembunuhan berdarah dingin.
Beruntung bagi sepuluh anak buah kapal berkewarganegaraan Indonesia yang sudah dilepaskan kelompok militan tersebut pada 2 Mei lalu. Dengan negosiasi diplomasi total Pemerintah Indonesia, kelompok Abu Sayyaf mau membebaskan kesepuluh ABK WNI yang disandera sejak 28 Maret 2016.
Namun, penyanderaan masih menyisakan empat ABK WNI yang disandera sejak 16 April. Pemerintah Indonesia masih berusaha keras untuk membebaskan keempat ABK WNI tersebut.
Selain itu, Abu Sayyaf juga masih menyandera empat ABK warga negara Malaysia yang hingga kini belum diketahui kejelasannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News