medcom.id, Wellington: Seseorang tidak dikenal mengancam untuk meracuni susu formula di Selandia Baru. Pihak berwenang langsung memburu pelaku ancaman.
Perdana Menteri Selandia Baru John Key mengatakan, ancaman ini sepertinya palsu. Key pun memastikan bahwa susu formula produksi Selandia Baru aman untuk dikonsumsi bayi.
Ancaman terhadap produk susu milik Fonterra ini sempat membuat panik warga Selandia Baru. Pelaku mengeluarkan ancaman sebagai protes atas penggunaan pestisida beracun yang digunakan departemen konservasi Selandia Baru, untuk mengatasi hama.
"Surat ancaman itu dikirim kepada Fonterra pada November lalu. Surat itu pun disertai dengan susu bubuk yang dicampur dengan konsentrat pestisida 1080, yang biasa digunakan untuk mengendalikan hama seperti tikus dan musang," pernyataan pihak kepolisian, seperti dikutip Associated Press, Selasa (10/3/2015).
"Pelaku pengancaman dalam suratnya mengancam untuk meracuni susu bayi dan susu formula lainnya dengan zat pestisida 1080, kecuali pihak Selandia Baru berhenti menggunakannya hingga akhir Maret," lanjut Wakil Komisaris Polisi Selandia Baru Mike Clement.
Selama ini, Selandia Baru merupakan pengguna 80 persen pestisida 1080 di dunia. Banyak pecinta binatang menentang penggunaan itu karena membuat binatang mati secara perlahan.
"Sejak November 2014, polisi berupaya keras untuk mencari siapa di balik ancaman ini. Tetapi pencarian selalu gagal," tutur Clement.
Kementerian Industri Utama Selandia Baru mengatakan, sudah melakukan terhadap 40 ribu contoh produk susu. Mereka tidak menemukan bukti bahwa susu itu terkontaminasi.
PM Key memperingatkan warga untuk tetap tenang terkait dengan ancaman ini. "Sepertinya tidak mungkin sembarangan orang bisa secara sengaja mengkontaminasi susu formula di saat proses produksi. Tidak ada bukti bahwa hal ini terjadi," jelas Key.
"Meskipun ancaman ini bisa dianggap tipuan, kami sebagai pemerintah harus menganggapnya serius. Kami serius untuk menyelidiki hal ini," tegas Key.
Sementara menurut Komisaris Polisi Clement, meskipun Fonterra yang mendapat surat ancaman, tidak disebutkan secara spesifik produk apa yang menjadi target ancaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News