Masyarakat menyempatkan diri ke Rumah Sakit Umum Singapura, tempat Lee sempat dirawat, dan juga istana kepresidenan. Mereka mengungkapkan rasa duka mendalam dengan meletakkan karangan bunga dan kartu ucapan bertuliskan "terima kasih."
Menurut reporter AFP Amir Yusof, beberapa dari mereka meneteskan air mata. Salah satu yang menangisi kepergian Lee Kuan Yew adalah Sharon Tan, seorang ibu yang membawa serta anaknya, Ryan Mackay.
"Saya membawa Ryan ke sini untuk memberitahu bagian penting dari sejarah Singapura kepadanya, dan juga mencoba menjelaskan kenapa mama bisa sangat sedih," ungkap Tan.
"Tuan Lee akan terus menjadi bagian besar dari Singapura," sambung dia.
Tidak hanya warga lokal, Anthony Pain asal Prancis juga menuliskan ungkapan duka terhadal Lee Kuan Yew. "Saya membaca buku-bukunya, termasuk yang berjudul 'From Third World to First'," sebut Pain.
"Dia telah mengubah hidup saya. Jika bukan karena dia, mungkin saya tinggal di Prancis. Dia adalah seseorang yang punya visi dan telah mengubah nasib negara ini," tambah dia.
Lee Kuan Yew wafat di Singapore General Hospital pada pukul 03.16, Senin waktu setempat. Lee wafat pada usia 91 tahun. Lee sudah dirawat sejak awal Februari 2015 lalu akibat penyakit radang paru-paru atau pneumonia.
Ia dikenal lewat sepak terjangnya mengubah Singapura menjadi kekuatan ekonomi terkuat di Asia dalam kurun waktu tiga dekade. Lee Kuan Yew menjabat sebagai PM dari 1959, saat Singapura memperoleh hak berkuasa dari koloni Inggris. Ia mundur di tahun 1990 dan menyerahkan kekuasaan ke wakilnya, Goh Chok Tong. Selang 14 tahun, kekuasaan diberikan ke anak Lee, Lee Hsien Loong.
Dalam sebuah buku yang diterbitkan pada 2013, Lee Kuan Yew merasakan tubuhnya kian lemah dari hari ke hari dan menginginkan kematian cepat.
Sang pemimpin agung itu perlahan meredup sejak istrinya, Kwa Geok Choo, meninggal dunia di tahun 2010.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News