Aksi kekerasan terbaru di negara bagian Rakhine State dipicu penyerangan kelompok militan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) pada 25 Agustus. Pada 2012, puluhan orang tewas dalam konflik sektarian antar sekelompok biksu dengan etnis Muslim Rohingya di Rakhine.
Solidaritas Lintas Agama untuk Myanmar (SALAM) menyatakan, kekerasan di Myanmar tidak mencerminkan ajaran Buddha, agama mayoritas di negara tersebut.
Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) Suhadi Sendjaja menuturkan bahwa Buddha tak pernah mengajarkan kekerasan melainkan cinta kasih. Bersama 18 tokoh Buddha, Suhadi menuturkan komunitas mereka juga sudah pernah membuat pernyataan sikap atas kekerasan di Rohingya.
"Tumbuhkan solidaritas kemanusiaan dengan mengedepankan cinta kasih pada korban terdampak kekerasan. Manusia setara dan serasa di hadapan Tuhan," serunya di kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta, Jumat 22 September 2017.
Para tokoh Buddha, ujar Suhadi, juga meminta agar masyarakat Myanmar menghentikan saling membenci dan melakukan kekerasan. Mereka juga mengimbau agar sesama umat beragama harus bisa membiarkan sesamanya beribadah dengan tenang.
Suhadi mengakui adanya kekerasan di negara yang penduduk beragama Buddha mencapai kurang lebih 90 persen. Dia juga mengungkapkan ada rohaniawan Buddha yang melakukan kekerasan dan menebar kebencian. Namun, semua itu tidak sesuai dengan ajaran Buddha.
"Dia bukan representasi Buddha. Buddha selalu mengajarkan perdamaian," kata Suhadi. Dia yakin, di Rakhine masih banyak tokoh rohaniawan yang baik dan selalu menjaga perilaku komunitas Buddha.
Hal senada juga disampaikan Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj. Ia meyakini kalau ajaran agama Buddha tak pernah mengajarkan kekerasan.
"Saya yakin (kekerasan di Myanmar) bukan ajaran Buddha, karena Buddha mengajarkan kebaikan. Tidak ada aku-kami, namun engkau-mereka, tidak ada di Buddha ajaran untuk berperang," katanya
"Heran kalau ada orang mengaku Buddha tapi melakukan kekerasan," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News