Dilansir Reuters, Minggu 11 Maret 2017, kedua negara itu bertikai mengenai pembunuhan Kim Jong-nam, saudara tiri terasing Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada 13 Februari di Kuala Lumpur. Kejadian tersebut memicu ketegangan diplomatik karena kedua negara.
Namun, pejabat Malaysia sejak itu meredakan ketegangan, dengan menyatakan hubungan dengan negara tertutup tersebut tidak akan terputus. Menteri Luar Negeri Malaysia Anifah Aman menyatakan Korea Utara mengisyaratkan siap memulai perundingan.
"Mereka ingin memulai pembicaraan. Kami tidak tahu yang mereka tuntut. Kami perlu mencari tahu yang bisa dilakukan untuk mendapatkan hasil terbaik,"
kata dia.
Ia mengatakan banyak negara menawarkan diri untuk menengahi keduanya, tapi tidak ada negara akan bertindak sebagai pihak ketiga atau penengah. Ia menambahkan belum ada waktu atau tempat ditetapkan untuk pembicaraan resmi tersebut.
Dua warga Malaysia dapat terbang dari Pyongyang pada awal pekan ini menggunakan paspor PBB, meninggalkan sembilan orang lain, termasuk tiga anak-anak. Malaysia menuduh negara bersenjata nuklir itu mendalangi pembunuhan Kim Jong-nam dan mengenali delapan orang Korea Utara, termasuk tiga yang masih berada di Kuala Lumpur, sehubungan dengan pembunuhan tersebut.
Korea Utara pada gilirannya mengecam penanganan Malaysia atas penyelidikan tersebut. Kim Jong-nam, yang hidup di bawah perlindungan Beijing di Makau dan dikenal mengecam pemerintahan keluarganya, tewas akibat senyawa saraf VX yang mengandung racun.
Zat kimia itu dinyatakan PBB sebagai senjata pemusnah. Anifah mengatakan pemerintah berhubungan terus dengan warga Malaysia terdampar itu, dengaan menambahkan bahwa mereka ditawari dukungan oleh perwakilan asing lain di Pyongyang, termasuk pemberian perbekalan dari luar Korea Utara.
Kepala kepolisian Malaysia pada Jumat secara resmi memastikan korban itu adalah Kim Jong-nam, yang dibantah Pyongyang. Malaysia menolak meluluskan tuntutan Korea Utara untuk menyerahkan jasad korban itu kepada kedutaan negara itu.
Menteri Luar Negeri Anifah pada Sabtu menyatakan pihak berwenang belum membahas tentang apakah akan menyerahkan jasad itu kepada pemerintah Korea Utara atau keluarganya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News