Keduanya membahas mengenai pengembangan kerja sama dengan Pemerintah Belanda, salah satunya dalam masalah kelapa sawit, menanggulangi narkoba dan deradikalisasi.
"Banyak ekspor Indonesia masuk ke Belanda melalui pelabuhan mereka. Komoditas ekspor terbesar Indonesia ke Belanda adalah kelapa sawit. Oleh karena itu dalam pertemuan ini saya juga mengangkat isu soal minyak kelapa sawit dengan Menlu Blok," ucap Menlu Retno di Gedung Pancasila Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Selasa 3 Juli 2018.
Menlu Retno mengatakan kedua menteri sudah membaca draf yang diterima dari trialog. Dia menambahkan prihatin atas potensi diskriminasi terhadap minyak kelapa sawit.
Draft itu, tutur Retno, menyebutkan penggunaan the indirect land-used change (ILUC) sebagai kriteria.
"Saya berbicara dengan Blok bahwa kita akan terus membahas kerja sama win win solution. Bagi Indonesia, kita akan terus bekerja demi menjamin bahwa tidak ada lagi diskriminasi terhadap minyak kelapa sawit," imbuh Retno.
Menlu Retno harapkan dapat membahas isu ini dengan Uni Eropa sesegera mungkin.
Indonesia tengah gencar melawan kampanye negatif mengenai kelapa sawit oleh Uni Eropa. Meski demikian, beberapa negara Uni Eropa menolak kampanye negatif tersebut, salah satunya Belanda.
Pasalnya, kampanye negatif yang mendiskriminasi kelapa sawit bisa berdampak ke segala aspek, terutama kesejahteraan masyarakat yang bergantung hidup pada tanaman tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News