Indonesia, sebagai negara tetangga dan juga sama-sama menjadi negara anggota ASEAN, berperan penting dalam proses perdamaian di Filipina Selatan.
"Catatan peran Indonesia dalam perdamaian Filipina Selatan ini ada di dalam buku saya, berjudul The Art of Mediation: Indonesia's Role in the Quest for Peace in Southern Philippines," kata sang penulis buku, Jamil Maidan Flores, di Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, 31 Juli 2017.
Bentrokan di Filipina Selatan dimulai dari perpecahan antara umat Muslim dan Kristiani. Tak lama kemudian, bentrokan kembali terjadi yang dilakukan pemberontak bernama Moro National Liberation Front atau MNLF.
Sejak Mei 2017, Presiden Rodrigo Duterte memberlakukan status darurat militer untuk kawasan Mindanao di selatan. Status diterapkan terkait perang antara pasukan pemerintah melawan grup pemberontak Maute yang terafiliasi Islamic State (ISIS) di kota Marawi dan sekitarnya.
Sementara itu, peran Indonesia di Filipina Selatan tidak lepas dari arahan Adam Malik -- Menteri Luar Negeri RI di era 1966.
Menlu Adam Malik membuat sebuah solusi lewat kerangka kerja untuk mempersatukan Filipina, khususnya di bagian selatan. "Saat itu, Adam Malik menekankan perdamaian harus segera ditekankan di wilayah tersebut," ungkapnya.
Ketika itu, ASEAN baru terbentuk sekitar tujuh tahun. Blok Asia Tenggara itu masih perlu memperkokoh keberadaannya sendiri di kawasan.
"Maka dari itu, Adam Malik juga meminta Malaysia ikut menyusun perdamaian untuk Filipina Selatan," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News