Presiden Myanmar Thein Sein menyatakan, dirinya merasa terhormat bisa hadir dalam pelaksanaan KAA kali ini. Mantan petinggi militer Myanmar itu mengagumi peran yang dimainkan oleh para pendiri KAA.
"Banyaknya negara yang hadir di konferensi ini menunjukkan tinggi pengakuan atas universalitas Konferensi Asia Afrika," ujar Thein Sein, di Gedung Merdeka, Jumat (24/4/2015).
Menurutnya persahabatan antara negara Asia Afrika sudah terjali lama. Usai Perang Dunia II dan perang dingin, banyak negara Asia Afrika yang berkutat dengan keinginan untuk merdeka.
"Munculnya negara baru merupakan bentuk tatanan baru dunia, yang didasarkan atas rasa saling hormat. Termasuk juga menghormati kedaulatan negara masing-masing," imbuh Thein.
"Saya bangga bisa mengatakan bahwa Myanmar adalah salah satu dari lima negara yang mengorganisir KAA di Bandung," ucapnya.
Thein Sein mengingat, seluruh negara yang hadir pada 1955 saat itu memiliki visi strategis untuk membentuk Dasasila Bandung. Prinsip perdamaian dunia dalam pesan Bandung itu, masih diadopsi banyak dunia higga saat ini.
"Prinsip-prinsip ini memberikan tatanan baru dalam hubungan internasional, dalam mengikuti isu global dan regional," imbuhnya.
Selain itu menurut Thein Konferensi Asia Afrika 1955 telah memberikan pengaruh penting bagi negara berkembang, untuk melepaskan ketergantungan ekonomi dari negara maju. Baginya, negara Asia Afrika bisa lebih maju dengan saling memberikan kerja sama teknis dan saling berbagi pengalaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News