Sebagai negara yang mendukung penyelesaian konflik di Myanmar, Indonesia tidak akan ikut campur proses repatriasi ini. Hal tersebut ditegaskan oleh Direktur Asia Tenggara Kementerian Luar Negeri Denny Abdi.
"Yang paling penting sekarang memang repatriasi kembali pengungsi dari Bangladesh ke Myanmar. Kalau untuk urusan itu, pure urusan Pemerintah Myanmar dan Bangladesh. Kita (Indonesia) tidak akan campuri itu," ucapnya saat ditemui di Kementerian Luar Negeri, Kamis 23 Februari 2018.
Denny menuturkan, enggannya para pengungsi ke Myanmar karena mereka mencari rasa aman. Pasalnya, untuk repatriasi, semuanya dilakukan secara sukarela tanpa paksaan.
"Mereka cari itu kalau pulang akan aman. Itu yang mereka cari, siapa yang bisa menjamin rasa aman itu kalau mereka balik ke sana," imbuh dia.
Saat ini, ucapnya, Pemerintah Bangladesh dan Myanmar tengah berusaha bekerja di lapangan. Tujuannya, agar pengungsi merasa tenang jika kembali.
Meski demikian, Indonesia tetap mendorong secara positif solusi repatriasi tersebut. Dia menuturkan, dunia internasional mengimbau untuk meminta bantuan UNHCR, lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi pengungsi.
Alasannya, kata Denny, karena dalam proses repatriasi, ada yang namanya verifikasi. Yang berpengalaman untuk melakukan verfikasi adalah UNHCR.
"Tapi itu juga tergantung kesepakatan Bangladesh dan Myanmar," terangnya.
Sementara itu, Indonesia akan terlibat dalam bantuan kemanusiaan, baik di Rakhine maupun di Bangladesh. Semuanya akan dilakukan dalam jangka panjang.
Shelter, rumah sakit, dan bantuan lainnya akan diberikan Indonesia untuk mendorong proses perdamaian di Rakhine utara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News