Dikutip dari AsiaNews.it, banjir di Laos selatan merupakan imbas dari badai tropis Podul dan Kajiki yang datang silih berganti. Meningkatnya ketinggian air telah merusak sejumlah ruas jalan di Laos, dan juga memutus akses bantuan dari pemerintah dan berbagai grup relawan.
Pusat Asistensi Kemanusiaan ASEAN atau AHA Center melaporkan pada 10 September lalu bahwa sekitar 100 ribu orang menjadi telantar akibat banjir di Laos selatan. Otoritas Laos kini mulai bisa memeriksa dampak kerusakan karena genangan air perlahan surut.
Di provinsi Salavan, seorang pejabat setempat mengatakan kepada Radio Free Asia (RFA) cabang Laos bahwa biaya perbaikan infrastruktur yang rusak akibat banjir dapat mencapai jutaan dolar Amerika.
"Menurut pengamatan kami, total perbaikan untuk seluruh kerusakan dapat mencapai USD50 juta (Rp705 miliar)," kata pejabat tersebut.
"Untuk perbaikan jalan raya dan jembatan saja, kami membutuhkan sedikitnya USD6 juta (Rp84 miliar)" lanjutnya.
Sementara di provinsi Attapeu, 60 ribu warga di 86 desa dilaporkan terkena dampak banjir. Hampir semua lahan pertanian di provinsi tersebut rusak diterjang banjir. Pemandangan serupa juga terjadi di provinsi Champassak.
Seorang pejabat departemen pendidikan di Pakse, ibu kota dari Champassak, mengatakan kepada RFA bahwa banjir ini dipastikan menghambat kegiatan belajar mengajar.
"Material mengajar seperti buku dan papan tulis semua rusak atau hilang," ungkapnya.
Kepala Badan Administrasi Provinsi Attapeu, Vienxay Xaysombath, mengklaim keseluruhan provinsi yang dipimpinnya membutuhkan sekitar 150 ton bantuan makanan.
AHA Center melaporkan pada 12 September bahwa Pemerintah Laos telah mengalokasikan dana bantuan darurat untuk menangani korban banjir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News