Duterte, 71, menegaskan dirinya hanya ingin dipanggil dengan sebutan "Presiden" di seluruh acara resmi kenegaraan.
Menjadi presiden pertama dari daerah Mindanao, Duterte telah mengukuhkan citranya sebagai 'orang luar' yang fokus memerangi kejahatan ketimbang duduk santai di kursi istana.
"Untuk menjaga gaya kepemimpinan kerakyatan, ia meminta agar tidak ada terlalu banyak komunikasi seremonial," kata juru bicara Duterte, Ernie Abella, kepada AFP, Kamis (21/7/2016).
Di negara di mana bos dipanggil "Nyonya" dan "Tuan," Duterte memerintahkan agar seluruh jajaran kabinetnya hanya dipanggil "Menteri" ketimbang "Yang Terhormat."
Sejak menjadi presiden pada 30 Juni, Duterte berulang kali menghindari tradisi kenegaraan dan memilih mengucapkan sumpah jabatannya di istana, bukan di taman nasional di Manila. Ia mengaku tidak ingin menggelar acara besar-besaran yang dapat memicu kemacetan parah di ibu kota.
Tidak hanya tradisi, bahkan gaya berpakaian pun diubah Duterte. Ia mengenakan celana jean dalam sebuah parade militer dan terlihat menggulung lengan baju tradisional "barong" yang biasa dipakai di acara formal.
Jelang pidato pertamanya di hadapan kongres Filipina pada Senin mendatang, Duterte meminta para hadirin untuk mengenakan busana bisnis formal, bukan setelan jas lengkap atau gaun mewah bagi wanita.
"Kami akan menyederhanakannya. Itu bukan acara peragaan busana," tutur Abella.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News