Menurut Zahid, mantan PM Malaysia terlama itu hanya ingin membuat koalisi oposisinya mengambil alih kekuasaan pemerintah.
"Partai politik bukan milik keluarga yang diwariskan ke anak-anak mereka. Sebuah partai adalah milik rakyat," ucap Zahid dalam kampanye koalisi Barisan Nasional di Sepang, Malaysia, Selasa, 8 Mei 2018.
Dilansir dari laman The Star, Zahid mengatakan seorang pemimpin tidak boleh arogan jika memenangkan pemilu atau pernah memangku jabatan. Menurut dia, selama puluhan tahun berkuasa, Mahathir hanya meninggalkan sejumlah masalah.
"Apa pun perkembangan yang dia bawa, kami menghargai mereka. Namun, setelah masa pemerintahan usai, para pemimpin penerusnya juga banyak berkontribusi. Apakah dia (Mahathir) yang terhebat? Saya tidak berpikir demikian," imbuhnya.
Dalam kampanye terssebut, Zahid berjanji bahwa koalisi berkuasa Barisan Nasional akan terus berfokus membangun daerah pinggiran Malaysia.
"Saya berjanji atas nama Barisan Nasional bahwa kami akan menggenjot serangkaian pembangunan di daeah dan memperbaiki fasilitas publik, terutama yang di pedesaan," tukasnya.
Pemilu kali ini menempatkan Najib, politikus berdarah biru, melawan mantan mentornya, Mahathir yang pernah menjadi PM selama 22 tahun hingga 2003. Mahathir pernah dianggap sebagai tokoh yang berhasil memodernisasi Malaysia.
Sementara itu kampanye pemilu Malaysia diwarnai aksi saling tuduh dari kedua kubu. Mahathir menyerang Najib dengan 1MDB, sementara PM menyinggung mengenai gaya otoriter mantan pemimpin tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News