Sebelumnya, media yang menjadi corong informasi rahasia bocoran mantan kontraktor National Security Agency (NSA), the Intercept pada 8 Juli 2015 melaporkan dokumen yang berisi dua pilot Indonesia bergabung dengan ISIS.
Laporan tersebut dibuat oleh AFP berdasarkan pelacakan di media sosial Facebook sejak September 2014. AFP kemudian menyerahkan laporan itu ke beberapa lembaga keamanan di negara lain.
Menurut media The Intercept yang mendapatkan dokumen ini. Kedua pilot tersebut diketahui bernama Ridwan Agustin dan Tommy Hendratno. Keduanya dikabarkan saat ini sudah berada di Suriah.
Ketika The Intercept meminta konfirmasi kepada pihak AFP, kepolisian federal Australia itu pun bungkam.
"AFP tidak memberikan komentar mengenai masalah intelijen," ujar pihak AFP, kepada The Intercept.
"AFP tetap menjalin hubungan kuat dengan rekan penegak hukum di dalam maupun luar negeri, untuk memastikan keselamatan warga Australia di dalam maupun luar negeri," lanjutnya.
Sementara pihak FBI yang dilaporkan turut menerima laporan dari AFP, juga tidak bersedia untuk memberikan komentarnya.
Pemerintah Indonesia memastikan badan antiteroris telah mengawasi kegiatan Ridwan Agustin dan Tommy Hendratno. Menkopolhukam Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan kedua pria itu memang tengah diawasi gerak geriknya oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Satgas Densus 88, pasukan elit antiteroris yang dibentuk pascatragedi bom Bali pada 2002.
Menurut Menkopolhukam tim mereka telah mengawasi kedua pilot tersebut selama enam bulan terakhir. Tedjo tidak mengatakan apakah Kepolisian Australia berbagi informasi intelijen mereka mengenai kedua pilot tersebut dengan Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News