medcom.id, Jakarta: Wakil Sekretaris Jenderal bidang Ekonomi dan Isu Global European External Action Service (EEAS), Christian Leffler yakin bahwa Asosiasi Negara Lingkar Samudera Hindia atau IORA bisa menjadi gerbang ekonomi yang bagus.
Apalagi Prancis, sebagai anggota dari Uni Eropa, masuk dalam tujuh dialog partner dari IORA. Namun, berbagai permasalahan masih menghadang langkah IORA, salah satunya adalah sejumlah negara yang masih terlibat konflik, misalnya Somalia.
"Somalia memang negara yang rentan konflik dan lingkungan pemerintahannya memang menuai banyak konsekuensi," kata Leffler, ketika memaparkan penjelasannya di Institut Francais Indonesia, Jakarta, Rabu 12 April 2017.
Seperti diketahui, Somalia memang banyak terjadi konflik. Belum lagi, kerap terjadi perompakan di perairan yang dilakukan oleh para perompak Somalia. Hal ini tentu bisa mengganggu perdagangan antar negara anggota IORA dan negara lain.
"Untuk itu, Uni Eropa berinisiatif untuk melakukan patroli pengamanan di Samudera Hindia yang menjadi jalur dagang negara IORA," ungkapnya.
Sebelumnya, Uni Eropa juga pernah mengamankan perairan Somalia, tepatnya di Teluk Aden dengan enam kapal perang dan tiga pesawat pengintai Uni Eropa akan menggantikan Angkatan Laut NATO yang telah berpatroli di sekitar wilayah tersebut sejak 24 Oktober 2008 silam.
Leffler pun optimistis bahwa inisiatif Uni Eropa ini akan berhasil seperti pengamanan perairan Teluk Aden sebelumnya. Disebut-sebut, Angkatan Laut India pun akan ikut dalam patroli ini.
Uni Eropa pun sudah sejak lama menjalin kerja sama dengan negara-negara kawasan Afrika. "Mereka sangat potensial walaupun beberapa memang masih terlibat konflik," ujarnya.
Dengan terjaga keamanan Samudera Hindia, tentu akan lebih meningkatkan kemampuan IORA yang terhitung masih baru di dunia hubungan internasional.
IORA, yang baru saja merayakan hari jadinya yang ke-20 tahun, memiliki dialog partner dengan Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Tiongkok, Jepang dan Mesir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News