medcom.id, Manila: Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyebutkan bahwa status darurat militer di wilayah Marawi, Pulau Mindanao bisa berlaku hingga satu tahun.
Penerapan status darurat dikeluarkan setelah militan yang menyatakan berafiliasi dengan Islamic State (ISIS) merebut kota itu. Dengan penerapan status darurat militer ini, Duterte pun menegaskan tidak akan segan untuk bertindak sama seperti Ferdinand Marcos yang terkenal dengan kediktatorannya.
"Jika butuh waktu satu tahun, maka lakukanlah. Tetapi jika hanya butuh waktu satu bulan, saya akan lebih bahagia," ujar Duterte, seperti dikutip AFP, Rabu 24 Mei 2017.
Kepada rakyat Filipina Duterte mengatakan bahwa mereka pernah merasakan kondisi darurat militer selama kepemimpinan Marcos. Namun kekuasan Marcos akhirnya runtuh pada 1986 dengan gerakan rakyat.
"Tidak akan berbeda dengan apa yang dilakukan Marcos," tutur Duterte dalam pernyataan lewat video.
Dengan kondisi yang terjadi di Marawi, Duterte bersumpah untuk bertindak keras melawan terorisme. Menurutnya tindakan ini merupakan salah satu janji kampanyenya tahun lalu.
"Sudah saya tegaskan sebelumnya, jangan memaksa saya mengambil tindakan kasar. Saya akan melakukannya demi menjaga Republik Filipina dan rakyat Filipina," ungkap Duterte.
Berdasarkan konstitusi Filipina, status darurat hanya bisa berlaku selama 60 hari dalam kondisi adanya pemberontakan atau Filipina invasi. Hal ini pun ditegaskan oleh Juru Bicara Kepresidenan, Ernesta Abella yang menyebutkan status darurat di Pulau Mindanao hanya kan bertahan selama 60 hari.
Namun Duterte mengancam bahwa dalam pemerintahannya, dia bersedia untuk mengabaikan aturan jika dirinya perlu menerapkan status darurat militer dengan jangka waktu panjang ini.
Serangan ISIS
Selasa 23 Mei 2017, kelompok militan yang dikaitkan dengan ISIS menyerbu kota Marawi. Kota itu memiliki populasi sekitar 200 ribu jiwa.
Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan satu anggota polisi dan dua prajurit Filipina tewas dalam insiden ini. Serangan terjadi ketika pasukan keamanan menggerebek ke sebuah rumah yang diyakini sebagai persembunyian Isnilon Hapilon, seorang pemimpin kelompok Abu Sayyaf.
Selama ini Abu Sayyaf menyuarakan dukungan untuk ISIS. Sementara Hapilon dianggap sebagai pemimpin ISIS di Filipina.
Foto yang diposting di sosial media oleh warga menunjukkan bahwa penyerang membawa bendera serupa milik ISIS di jalanan Kota Marawi.
Menurut Lorenzana mengatakan, pelaku penyerangan yang berjumlah lebih dari 100 menduduki rumah sakit dan penjara. Mereka juga membakar gedung pemerintah termasuk Gereja Katolik.
Foto yang diposting di sosial media oleh warga menunjukkan bahwa penyerang membawa bendera serupa milik ISIS di jalanan Kota Marawi.
Menurut Lorenzana mengatakan, pelaku penyerangan yang berjumlah lebih dari 100 menduduki rumah sakit dan penjara. Mereka juga membakar gedung pemerintah termasuk Gereja Katolik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News