Senjata yang dihibahkan termasuk senapan mesin yang mampu menembaki hingga ribuan putaran per menit. Hibah ini termasuk dalam program bantuan kontra-terorisme AS ke Filipina senilai USD150 juta.
Selain itu, terdapat pula senapan serbu 300m4 dan 100 peluncur granat yang cukup ampuh.
"Peralatan ini akan meningkatkan kemampuan kontra-terorisme dan membantu melindungi tentara yang berjuang di Filipina Selatan," kata pernyataan dari Kedutaaan AS di Manila, seperti dikutip AFP, Senin 5 Juni 2017.
Sementara, Kepala Marinir Filipina Mayor Jenderal Emmanuel Salamat menegaskan, bantuan AS ini akan dipakai bertempur melawan kelompok terorisme di Marawi.
Padahal, Jumat lalu, Presiden Filipina menyatakan bahwa takkan menerima senjata bekas AS lagi melainkan ia melirik senjata baru asal Tiongkok dan Rusia.
"Saya tidak akan menerima peralatan militer AS yang bekas. Yang orang Amerika berikan, saya tidak menginginkannya lagi," ucap Duterte, kala itu.
Duterte mengaku akan berupaya sekeras mungkin dalam meraih persenjataan baru dan modern, meski dana yang dikeluarkan berlipat ganda. Duterte ingin membeli peralatan perang, seperti pesawat, kapal dan senjata dari Tiongkok.
Sejak tahun 2000-an, Washington telah memberikan bantuan militer bagi Manila sebesar USD800 juta, atau setara Rp10,6 triliun. Bantuan yang diberikan, seperti pesawat nirawak, helikopter, senapan penyerang, alat tempur, radio taktis, serta suku cadang.
Filipina mengalokasikan dana sekitar 100 miliar peso, atau sekitar Rp26,7 triliun untuk memodernisasi peralatan militer di bawah rencana pembelanjaan lima tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News