Tujuh ABK WNI dari 13 ABK diculik oleh kelompok Abu Sayyaf pada 22 Juni lalu dari TB Charles 001 di perairan Sulu, Filipina Selatan. Hingga kini, mereka masih berada di tangan penyandera.
"Pemerintah bersatu kali ini, dari Kemenlu, TNI dan Polri, kami semua punya satu strategi yang sama di bawah koordinasi crisis center," kata Iqbal ketika ditemui di kantornya, Jalan Pejambon, Jakarta Pusat, Senin (1/8/2016).
Ia juga mengatakan bahwa perusahaan juga sudah menyampaikan komitmen bahwa keselamatan awak kapalnya adalah yang utama. "Yang kedua, mereka akan lakukan apapun yang terbaik untuk bisa selamatkan tujuh ABK yang disandera tersebut," lanjutnya lagi.
Iqbal juga menghadirkan Mahmud, salah seorang ABK WNI yang dulu pernah disandera kelompok Abu Sayyaf di FIlipina Selatan dan berhasil dibebaskan oleh Pemerintah Indonesia.
"Kenapa Mahmud, karena dulu Mahmud adalah 'perpanjangan tangan' kami ke pemerintah dari sana. Jadi, dulu kami telepon dia agar dia menyampaikan kepada pihak penyandera dan untuk menolong kami juga melancarkan pembebasan," tutur Iqbal.
Selain itu, hadir pula Yola, istri dari Alfian, ABK WNI yang disandera Abu Sayyaf pula di mana Yola juga pernah mengalami situasi yang sama dialami keluarga para sandera yang sekarang.
"Jadi kami datangkan mereka untuk bertukar pengalaman, karena mereka juga pernah mengalami hal serupa. Akan berbeda jika yang berbeda adalah Kemenlu, jadi lebih baik pihak keluarga yang mengalami langsung," imbuhnya.
Sesuai dengan keinginan pihak keluarga dan difasilitasi oleh DPR RI, lima anggota keluarga dari tujuh ABK WNI yang disandera Abu Sayyaf bertemu dengan pihak PWNI Kemenlu. Turut hadir pula pihak perusahaan dan dua anggota DPR RI dari Fraksi PDIP.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News