"Kalau memang baik, ya ditiru saja. Sederhananya seperti itu. Nanti tinggal kita sesuaikan dengan kepentingan di kita (Indonesia)," tuturnya dalam video konferensi pers, di Hotel Borobudur, Kamis, 1 Agustus 2019.
"Kalau negara lain bisa lebih maju, kita ikuti saja praktiknya dan kebijakannya," imbuh Dubes Ibnu.
Agresifnya Vietnam terlihat dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto trisemester awal 2019 sudah mencapai 6,76 persen. Ini lebih besar dari Indonesia yaitu 5,07 persen.
Begitu pula dengan total pertumbuhan investasi asing di semester awal 2019, yang mencapai USD19 miliar atau sekitar Rp268 triliun.
Menurut Dubes Ibnu, selain agresifnya Vietnam, mereka juga berani mencari perjanjian dagang bebas (FTA) dengan negara-negara asing. Bahkan, baru-baru ini Vietnam menandatangani FTA dengan Uni Eropa.
"Ini momentum mereka, dan Vietnam memanfaatkan ini dengan baik," jelasnya.
Vietnam dipilih karena infrastruktur mereka yang memadai. Selain itu, imbuh Dubes Ibnu, upah buruh di Vietnam lebih murah.
Total perdagangan RI dengan Vietnam di semester pertama 2019 mencapai USD4,26 miliar. Angka ini diikuti dengan kenaikan ekspor sebesar 27,4 persen.
"Produk utama kita tetap batu bara dan otomotif spare part," terang Dubes Ibnu. Sementara itu, kedua negara sudah menargetkan nilai perdagangan hingga USD10 miliar pada 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News