Dengan adanya IAF, kemakmuran, solidaritas dan kebersamaan yang terbangun selama lebih dari 60 tahun tersebut dapat diwujudkan. Kerja sama konkret menjadi landasan IAF 2018 dilaksanakan.
"Di bawah pemerintahan Joko Widodo, Indonesia membentuk IAF untuk mewujudkan kedekatan politik antara Indonesia dan kawasan Afrika yang dibangun sejak Konferensi Asia-Afrika (KAA) tahun 1955 menjadi kedekatan ekonomi yang nyata," ucap Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Desra Percaya, kepada Medcom.id beberapa waktu lalu.
Pelaksanaan IAF 2018 dilakukan di Nusa Dua Bali pada 10 hingga 11 April. Sebanyak 550 orang yang berasal dari 53 negara di benua Afrika baik dari pemerintah maupun swasta diundang untuk hadir dalam kegiatan ini. Telah terdapat konfirmasi kehadiran pejabat tinggi dari beberapa negara di Afrika seperti Niger, Libya, Mozambik, Nigeria dan lain-lain untuk hadir pada IAF 2018.
Selain itu, diharapkan akan terdapat perwakilan pebisnis Afrika dan Indonesia yang turut hadir pada pertemuan tersebut.
"Total perdagangan Indonesia dan Afrika mencapai USD8,38 miliar pada 2017. Diharapkan IAF 2018 ini menjadi momentum tepat untuk berekspansi ke sektor baru, seperti jasa konstruksi dan infrastruktur," sebut Kemenlu RI melalui Twitter resmi, @Kemlu_RI.
Agrikultur atau pertanian juga bisa menjadi andalan negara-negara Afrika. Lebih dari 50 persen GDP negara Afrika berasal dari pertanian. Biji kopi menjadi andalan dan biji kopi Indonesia dan Afrika termasuk yang terbaik di dunia.
Kerja sama ekonomi digital juga bisa menjadi bidang penting untuk dikembangkan. Startup di bidang Fintech (Financial Technology) yang dimotori oleh generasi millenials di Indonesia dan Afrika berkembang pesat. IAF Bali 2018 bertujuan untuk mendorong kerja sama ekonomi digital antara Indonesia dan Afrika.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News