Polisi mencoba mengirim sebuah email ke akun Bank of America Merril Lynch milik Jutting. Rupanya, akun tersebut sudah dilengkapi sistem balasan otomatis yang bertuliskan: "Saya sedang tidak berada di kantor. Jika ada urusan darurat, silakan hubungi siapapun yang bukan seorang psikopat gila. Anda juga bisa menghubungi Tuhan."
Seperti dikutip Daily Mail, Senin (3/11/2014), Jutting pindah dari London ke Hong Kong setahun lalu. Pria 29 tahun itu meninggalkan pekerjaan berpenghasilan besar sebagai bankir di Merryl Lynch.
Korban pertama Jutting di apartemen mewah di Hong Kong adalah Jesse Lorena Ruri asal Filipina, sementara korban kedua WNI 25 tahun bernama Sumarti Ningsih.
Sabtu malam, petugas tiba di apartemen lantai 31, dan menemukan Jesse. Korban yang terluka parah di bagian leher masih hidup ketika ditemukan, namun meninggal dunia tak lama setelahnya. Sementara jasad Sumarti sudah membusuk di dalam sebuah koper.
Tangan dan kaki Sumarti diikat tali, dengan kepala yang nyaris terputus dari badan. Polisi memperkirakan jasad Sumarti sudah berada di lokasi sejak lima hari lalu.
Mainan seks dan narkotika jenis kokain juga ditemukan di TKP bersama pisau sepanjang 12 inci. Menurut surat kabar lokal Hong Kong Ming Pao, Jutting berbicara tak jelas saat digerebek polisi.
Hingga saat ini aparat masih menyelidiki apakah masih ada korban Jutting lainnya. Kecurigaan didasarkan foto salah satu korban yang berada di deretan 2.000 foto dan video lainnya di telepon genggam pelaku.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News