Pendemo melarikan diri usai polisi menembakkan gas air mata dan peluru bulat kecil (pellet) di Srinagar, Kashmir, 5 November 2016. (Foto: AFP/TAUSEEF MUSTAFA)
Pendemo melarikan diri usai polisi menembakkan gas air mata dan peluru bulat kecil (pellet) di Srinagar, Kashmir, 5 November 2016. (Foto: AFP/TAUSEEF MUSTAFA)

Pakistan Desak Adanya Investigasi Pelanggaran HAM di Kashmir

Willy Haryono • 07 Februari 2017 17:44
medcom.id, Jakarta: Pakistan mendesak komunitas internasional dan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menggelar investigasi dugaan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Kashmir. 
 
Kashmir adalah wilayah sengketa yang terbagi menjadi dua untuk kubu Pakistan dan India. Kedua negara sama-sama ingin mengklaim keseluruhan wilayah. Konflik yang dimulai sejak 1947 dan meletus dalam gerakan kemerdekaan pada 1989 itu telah menelan puluhan ribu korban jiwa. 
 
"Puluhan ribu orang tewas di tangan pasukan pendudukan (India). Mereka menggunakan senjata berburu hewan untuk menyerang orang-orang di Kashmir," ungkap Duta Besar Pakistan untuk Indonesia Mohammad Aqil Nadeem dalam acara Kashmir Solidarity Day di Universitas Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (7/2/2017). 

Dubes Nadeem meminta India segera menggunakan senjata seperti itu terhadap pendemo tak bersenjata di Kashmir. Menurut dia, lebih dari 1.000 orang mengalami luka parah di bagian mata hingga akhirnya buta akibat terkena tembakan dari senjata tersebut. 
 
Zahir Khan, Ketua Forum Solidaritas Kashmir Indonesia, menyebutkan banyaknya warga Kashmir, terutama di kalangan Muslim, yang ditindas pemerintah India. Ia menyayangkan komunitas global dan PBB yang terkesan mendiamkan aksi kekerasan di Kashmir. 
 
"Di Kashmir, hampir tidak ada keluarga utuh. Pasti ada ayah, ibu atau paman yang sudah meninggal dunia (akibat konflik). Tapi dunia bungka," tutur Zahir, yang menyebut 63 persen wilayah Kashmir diduduki India. 
 
Baca: Konflik Kashmir, Pakistan Boikot Pemutaran Film Bollywood
 
Tiga Strategi
 
Sementara itu menurut Al Muzzammil Yusuf, anggota DPR dari fraksi PKS, menilai masalah di Kashmir mirip dengan konflik Israel-Palestina jika ditinjau dari sudut pandang politik. 
 
Ia memaparkan tiga strategi politik yang dapat dilakukan untuk mencoba menyelesaikan konflik di Kashmir. Pertama, adanya peningkatan hubungan Pakistan dengan Indonesia agar parlemen RI dapat berkunjung secara resmi ke Kashmir, atau sebaliknya, tokoh dari Kashmir ke Tanah Air. 
 
Kedua, strategi pendekatan budaya dengan menggelar festival film atau pameran foto terkait masalah di Kashmir. Ia mengatakan pameran mengenai Palestina pernah digelar di parlemen RI, dan hal serupa dapat diterapkan terkait Kashmir. 
 
"Ketiga dengan donasi sosial. Banyak organisasi yang menggalang dana untuk Palestina. Cara sama dapat dilakukan terhadap Kashmir," sebut Al Muzzamil Yusuf.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan