Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan kejahatan berdasarkan kebencian merupakan musuh bersama.
"Tantangan kita saat ini adalah berusaha sebaik mungkin. Pasalnya, kita tidak memiliki ketahanan terhadap 'virus' kebencian. Ini harus menjadi musuh bersama," tutur Ardern, dilansir dari AFP, Jumat, 29 Maret 2019.
Di hadapan sejumlah pejabat dan perwakilan negara asing, Ardern menuturkan, lingkaran ekstremisme semacam ini hanya dapat dihilangkan dengan kerja sama global.
"Jawabannya terletak pada konsep sederhana yang tidak terpaku batasan domestik, etnis, kekuasaan, atau bahkan format pemerintahan. Jawabannya adalah kemanusiaan," imbuhnya.
Salah seorang keluarga korban, Farid Ahmed, mengangguk ketika mendengar pidato Ardern. Istri Ahmed, Husna, merupakan korban tewas dalam penembakan di dua masjid tersebut.
Ahmed mengaku sudah memaafkan pelaku. Dia mengatakan tidak mau lagi memiliki hari-hari terpuruk yang menyedihkan dan penuh dengan amarah.
"Saya ingin punya hati yang penuh cinta, kepedulian, kasih, dan memaafkan dengan mudah. Karena hati itu tidak ingin ada lagi nyawa yang hilang," ungkapnya.
Penembakan di Selandia Baru yang terjadi tepat dua pekan lalu memang menyisakan kepedihan mendalam. Namun, Selandia Baru berusaha bangkit dan melawan kekerasan terhadap ras dan agama di negara tersebut.
Solidaritas warga Selandia Baru terlihat kala mereka bangkit dari kesedihan tersebut. Saat ini, pelaku penembakan Brenton Tarrant, yang merupakan seorang supremasi kulit putih asal Australia, sudah didakwa dengan tuduhan pembunuhan.
Dia bisa didakwa dengan tuduhan lain selama proses hukum ini. Kini dia tengah menunggu persidangan pada 5 April mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News