Pada sebuah konferensi pers yang jarang terjadi di Kedubes Tiongkok di Canberra, Cheng Jingye mengklaim bahwa penahanan massal di provinsi Xinjiang "tidak ada hubungannya dengan hak asasi manusia, tidak ada hubungannya dengan agama" dan "tidak berbeda" dengan tindakan anti-terorisme negara lain.
Cheng juga membela penahanan Tiongkok terhadap penulis Australia Yang Hengjun. Ia mengklaim bahwa kesehatan Hengjun baik dan hak-haknya dilindungi, meskipun faktanya belum memiliki akses ke pengacaranya.
Ditanya tentang kritik Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne terhadap penahanan massal Muslim Uighur, sebuah fakta yang dibentuk oleh dokumen partai Komunis yang bocor, Cheng menjawab bahwa "Masalah yang terkait dengan Xinjiang adalah urusan dalam negeri Tiongkok".
Dia mengklaim bahwa laporan bahwa 1 juta orang Uighur dalam tahanan adalah ‘benar-benar berita palsu’ dan kemudian memutar video propaganda untuk menyatakan tindakan itu merupakan respons terhadap 20 tahun kekerasan di Provinsi Xinjiang.
"Serangan dan kekerasan itu (mengklaim) sejumlah besar orang tak bersalah dan juga membawa kerusakan besar pada properti," katanya.
"Pemerintah setempat telah mengambil langkah-langkah sulit buat menindak (contoh) terorisme atau kekerasan itu. Pada saat yang sama, mereka sudah mulai mengambil langkah-langkah untuk mengatasi penyebab mendasar dari serangan itu," tutur Cheng, disitat dari Guardian, Kamis 19 Desember 2019.
Cheng berkata bahwa kamp-kamp penahanan adalah pusat-pusat pendidikan "yang ditujukan untuk deradikalisasi" dan mengajarkan keterampilan kejuruan ‘asal ekstremis’, termasuk pengetahuan hukum dan bahasa Tiongkok.
"Saya pikir jumlah pesertanya dinamis. Beberapa dari mereka masuk, beberapa keluar," sambungnya.
Cheng katakan, sejak upaya pendidikan ulang, penyebaran ekstremisme ‘telah secara efektif diatasi’ dan ‘tidak ada kasus kekerasan atau teroris dalam tiga tahun terakhir’.
"Jadi apa yang telah dilakukan di Xinjiang tidak memiliki perbedaan dengan apa yang negara-negara lain, termasuk negara-negara barat, lakukan untuk memerangi teroris," sebutnya.
Cheng mengelak pertanyaan tentang mengapa Tiongkok tidak mengizinkan pengamat internasional masuk ke dalam kamp, menyarankan bahwa interniran, yang ia sebut ‘trainee’, melanjutkan hidup untuk bekerja dan ‘menjalani kehidupan normal’, menggemakan klaim oleh gubernur Xinjiang.
Foto-foto satelit sudah mengungkapkan bahwa puluhan kuburan di wilayah barat laut Tiongkok telah dihancurkan dalam dua tahun terakhir, serta pembongkaran situs-situs keagamaan Islam.
Cheng mengatakan ada 20.000 masjid dan 29.000 personel ulama Islam di Xinjiang, dan mengklaim kamp-kamp pendidikan “tidak ada hubungannya dengan agama".
Penahanan wartawan
Sebelumnya pada Desember, aktivis terkemuka Uighur Rushan Abbas mengunjungi Australia untuk mendesak anggota parlemen melakukan lebih banyak pembicaraan menentang penahanan massal warga Uighur, yang dia beri label "kekejaman abad ini yang belum pernah terjadi sebelumnya".Lebih lanjut membenarkan bahwa Yang Hengjun, yang ditahan di Guangzhou pada Januari, hanya secara resmi ditangkap pada Agustus dan ditahan atas dugaan spionase.
Menurut Cheng bahwa kasus ini masih dalam penyelidikan dan "pada waktunya (Yang) akan secara resmi didakwa". Kemudian dia menyarankan bahwa karena penyelidikan tidak lengkap, juga mungkin Yang tidak akan dituntut.
Guardian Australia telah melaporkan bahwa Yang diberikan satu kunjungan konsuler setengah jam setiap bulan tetapi tidak diizinkan untuk berkomunikasi dengan pengacaranya, setelah hampir 11 bulan ditahan.
Untuk beberapa penahanannya, dia menjadi sasaran satu wawancara setiap bulan selama dia tidak diborgol, tetapi sebelumnya pada Desember Yang menjadi sasaran sesi interogasi harian, kadang-kadang dimulai pada tengah malam, sementara pergelangan tangan dan kakinya diikat rantai.
Dubes Cheng mengatakan dia tidak menerima klaim Yang menjadi sasaran interogasi setiap hari dengan tangan dan kakinya dibelenggu.
Dia mengalihkan pertanyaan tentang mengapa Tiongkok belum mengundang Perdana Menteri Australia Scott Morrison untuk berkunjung. Ia mengklaim bahwa kedua negara berusaha memfasilitasi "pembicaraan dan kunjungan tingkat tinggi".
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News