Menurut kepolisian Bangladesh, seperti dikutip AFP, Jumat 29 September 2017, terjadi lonjakan baru dalam jumlah pengungsi yang melarikan diri Rakhine State, Myanmar. Totalnya saat ini diperkirakan mencapai lebih dari setengah juta orang.
Kematian puluhan pengungsi asal Rakhine State -- sebagian besar dari mereka etnis Rohingya -- terjadi saat Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Nikki Haley meminta sejumlah negara menangguhkan pemberian senjata ke Myanmar.
Dubes Haley bahkan menuduh Myanmar telah melakukan pembersihan etnis kepada Rohingya.
Sementara Tiongkok dan Rusia mendukung apa yang dilakukan pemerintah Myanmar di Rakhine. Myanmar menegaskan apa yang mereka lakukan di Rakhine semata untuk memburu grup teroris Arakan Rohingya Salvation Army atau ARSA.
Baca: Myanmar Tuduh ARSA Bunuh 28 Warga Sipil di Rakhine
Myanmar, negara dengan mayoritas penduduknya beragama Buddha, menepis tudingan pembersihan etnis dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Konflik terbaru di Rakhine meletus pada 25 Agustus, setelah ARSA menyerang beberapa pos polisi di perbatasan Myanmar-Bangladesh.
Lebih dari setengah juta pengungsi asal Rakhine -- sebagian besar dari mereka Rohingya -- melarikan diri ke Bangladesh sejak bulan lalu.
Sekjen PBB Antonio Guterres khawatir krisis kemanusiaan di Rakhine dapat meluas dan berlangsung lama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News