Duterte telah menyampaikan penyesalannya pada pemerintah Jerman dan keluarga Kantner soal eksekusi itu. Dia mengklaim, sudah meningkatkan operasi militernya untuk menggempur Abu Sayyaf demi menyelamatkan Kantner.
“Kami sudah berusaha. Kami sudah di sana. Operasi militer sudah berjalan selama beberapa waktu tapi kami tetap gagal. Hal tersebut harus diakui. Namun ini permasalahan kebijakan kami yang tidak akan menyerah dengan tuntutan pembayaran tebusan. Sebab itu hanya akan meningkatkan angka penculikan,” ujar Duterte terkait eksekusi Kantner, dikutip dari AFP, Rabu 1 Maret 2017.
Penawanan Jorgen Kantner pertama kali terungkap ketika kapal yang dinaikinya, Rockall, ditemukan mengambang pada 7 November 2016 di perairan Filipina bagian selatan.
Di kapal tersebut ditemukan jenazah perempuan bernama Sabine Merz yang diduga tewas tertembak. Abu Sayyaf mengklaim sebagai pihak yang bertanggung jawab.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News