Negara kepulauan Pasifik yang berpenduduk hampir satu juta orang itu menghindari serangan langsung dari angin setelah Topan Josie melanda, Minggu 1 April. Tapi hujan lebat dan banjir menyebabkan kerusakan rumah, bisnis, dan kendaraan di sisi barat pulau utama Viti Levu.
Lebih dari 1.000 orang tetap tinggal di pusat-pusat evakuasi pekan ini ketika badai berpindah arah.
Perdana Menteri Voreqe Bainimarama, juga dikenal sebagai Frank Bainimarama, mengatakan perubahan iklim menyebabkan peristiwa cuaca ekstrim menjadi lebih parah dan lebih sering terjadi.
"Efek parah dari Topan Tropis Josie adalah pengingat yang brutal tentang realitas perubahan iklim. Saya akan terus berjuang untuk Fiji di sini di rumah saat kami pulih dari krisis ini, dan di panggung global sebagai Presiden di COP23 demi mengatasi akar penyebab perubahan iklim kami," tulis Frank Bainimarama di Twitter.
November lalu, dia memimpin pertemuan puncak iklim di Bonn, Jerman, dan dia berbicara pada peluncuran film perubahan iklim di Ibu Kota Suva, Selasa 3 April.
Dia mengatakan, berusaha menyampaikan pesan ke dunia tentang menghadapi krisis pemanasan global.
Ini adalah "perjuangan untuk kelangsungan hidup kita", katanya, dan bahwa "kita sekarang berada pada tingkat ancaman yang hampir konstan."
Dia katakan, sejumlah negara harus membatasi peningkatan suhu global, seperti yang disepakati di bawah kesepakatan iklim Paris.
"Ini adalah satu-satunya cara untuk mencegah bencana bagi seluruh dunia dan terutama bagi negara-negara rentan seperti kita sendiri," katanya, seperti disitat Belfast Telegraph, Rabu 4 April 2018.
Laporan terbaru yang diselesaikan oleh Bank Dunia dan pejabat Fiji mengindikasikan kerugian tahunan dari peristiwa cuaca ekstrim dapat mencapai 6,5 persen dari ekonomi pada 2050, kata Bainimarama.
Komunitas Palang Merah Fiji mengatakan pihaknya mendistribusikan pasokan ke penduduk desa di kota Ba yang terkena bencana. Pihak berwenang juga berusaha mengembalikan daya ke beberapa daerah yang mengalami pemadaman.
Pada 2016, Topan Winston mengoyak Fiji, menewaskan 44 orang dan menghancurkan ribuan rumah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News