medcom.id, Nusa Dua: Terdapat sekitar dua juta Muslim di Myanmar, negara dengan mayoritas penduduk beragama Budha. Pemerintah setempat akan melakukan verifikasi terhadap warga Muslim yang masih belum terdata.
Sekitar separuh dari minoritas tersebut telah lama tinggal di Myanmar, separuh lainnya dipertanyakan. Demikian disampaikan Duta Besar Myanmar untuk Indonesia Aung Htoo di sela Bali Democracy Forum (BDF) IX di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Bali, Jumat 9 Desember.
Terkait laporan adanya aksi kekerasan terhadap etnis Rohingya di Rakhine, Dubes Htoo memaparkan sejarah singkat Muslim di negaranya.
"Kami memiliki 4,3 persen Muslim (dari total populasi), atau sekitar dua juta orang. Mereka diklasifikasikan menjadi dua, ada Muslim yang sudah ada di sini sebelum 1823, dan ada yang datang saat pendudukan Inggris," tutur Dubes Htoo.
Inggris menguasai Myanmar -- pada saat itu bernama Burma -- dari 1824 hingga 1948. Burma juga kerap disebut sebagai "koloni Skotlandia" karena kuatnya peran tentara Skotlandia dalam membentuk koloni di sana.
Berdasarkan sensus Pemerintah Myanmar pada 1931, Dubes Htoo mengatakan terdapat 300 ribu Muslim yang datang dari wilayah Bengal. Kini, jumlah tersebut mencapai sekitar satu juta.
Untuk merespons situasi terkini di Rakhine, Pemerintah Myanmar menegaskan akan berusaha memverifikasi satu juta orang tersebut.
"Pemerintah akan memverifikasi mereka berdasarkan aturan kewarganegaraan. (Pemimpin de facto) Aung San Suu Kyi sudah memerintahkan untuk memverifikasi mereka," sebut Dubes Htoo.
Namun masalahnya, menurut Dubes Htoo, satu juta Muslim di Rakhine cenderung menolak saat hendak disensus. Tapi Suu Kyi akan berusaha memverifikasi mereka, karena proses tersebut sebelumnya sulit dilakukan saat Myanmar berada di bawah kekuasaan junta militer.
Kofi Annan, kepala tim khusus yang dikirim ke Rakhine, disebut Dubes Htoo juga menyarankan adanya verifikasi terhadap minoritas Muslim di wilayah tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News