"Kami sudah berperang sengit hampir 20 tahun dan kami sudah saling memaafkan saat ini," ujar Anwar dalam forum kepemimpinan Executive Center for Global Leadership, Jakarta, Rabu 4 Juli 2018.
Dia menuturkan orang-orang mengatakan dirinya gila karena memaafkan Mahathir yang telah menuding dia berani menentang politiknya secara terbuka. "Bagi saya, kesejahteraan rakyat lebih utama dibanding penderitaan seorang manusia," imbuhnya.
Kedua tokoh politik yang pernah bersama-sama memerintah itu terlibat permusuhan sengit selama 18 tahun, ketika Mahathir Mohamad masih berada di puncak kekuasaan. Tahun 1998 dia memecat wakilnya, Anwar Ibrahim, yang dianggap berani menentang politiknya secara terbuka.
Sementara itu, Mahathir yang kini kembali memegang tampuk kekuasaan berjanji akan memberikan posisinya kepada Anwar. Namun Anwar menegaskan,”Posisi sebagai PM adalah mandat yang diberikan kepada Mahathir dan telah disetujui partai dan koalisi. Mahathir telah berulangkali mengatakan hal itu dan saya tidak punya alasan untuk meragukan integritasnya, komitmennya. Dan itulah mengapa saya sedikit rileks".
Tak hanya Mahathir, Anwar juga mengaku sudah memaafkan Najib Razak, mantan perdana menteri Malaysia yang baru saja ditangkap komisi antikorupsi Malaysia. Meski demikian, kata Anwar, Najib harus mempertanggungjawabkan perbuataannya yang merugikan masyarakat selama menjadi pemimpin.
Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia itu menuturkan dia yakin proses hukum yang didapat Najib akan adil. Dia menambahkan masyarakat akan menilai sendiri berdasarkan fakta yang sudah ada.
"Ini satu pelajaran untuk para pemimpin politik, bahwa kuasa adalah amanah," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News