Juru Bicara Taliban Zabihullah Mujahid. Foto: AFP
Juru Bicara Taliban Zabihullah Mujahid. Foto: AFP

Afghanistan Diminta Waspada Jebakan Utang Tiongkok

M Rodhi Aulia • 20 Januari 2023 18:43
Jakarta: Hubungan Taliban sebagai pengendali Pemerintahan Afghanistan dengan Tiongkok semakin erat. Di antaranya terlihat dari penandatanganan kontrak eksplorasi atau penambangan minyak dengan perusahaan asal Tiongkok, Xinjiang Central Asia Petroleum and Gas Co (CAPEIC), Kamis 5 Januari 2023 lalu.
 
Perusahaan Tiongkok tersebut akan berinvestasi senilai 150 juta dolar AS per tahun dalam penambangan minyak dari cekungan Amu Darya di Afghanistan Utara. Nilai investasi akan meningkat hingga 540 juta dolar AS dalam tiga tahun untuk kontrak selama 25 tahun.
 
Beberapa waktu lalu melalui twitter, Juru Bicara Taliban, Zabihullah Mujahid mengaku akan diuntungkan dengan adanya proyek pertama mereka dengan skala besar tersebut. Pihaknya memiliki kemitraan 20 persen dan dapat meningkat hingga 75 persen.

Dalam hal ini, Tiongkok dinilai cerdas dalam memanfaatkan peluang. Meski belum sepenuhnya mengakui Taliban sebagai pemerintah yang sah di Afghanistan, Tiongkok melihat Taliban sebagai satu-satunya kelompok yang mengendalikan negara dan sumber daya alamnya yang berlimpah.
 
Tiongkok menyadari kebutuhan mereka sangat besar di tengah krisis dan keamanan energi. Apalagi sebagai negara terpadat di dunia dan raksasa industri, Tiongkok juga merupakan konsumen energi terbesar di dunia.  
 
Dewan Pimpinan Pusat Pelajar Islam Indonesia (DPP PII) yang memiliki fokus terhadap perkembangan di negara Islam turut memberikan tanggapan. DPP PII akhirnya menyadari alasan diplomat Tiongkok yang tidak ikut melarikan diri seperti perwakilan sejumlah negara dunia lainnya, saat kelompok Taliban menguasai Afghanistan pada 2021 lalu.
 
Wakil Bendahara DPP PII, Furqan Raka menyebut taktik Tiongkok bertahan di tengah gelombang eksodus keluar dari Afghanistan ternyata ada maksud tersembunyi. Tiongkok ingin memiliki daya tawar tinggi di hadapan Taliban agar bisa menjalin kerjasama dalam eksplorasi sumber daya alam Afghanistan.
 
“Harus diakui, Tiongkok pintar sekali memanfaatkan situasi di Afghanistan, pasca-dikuasai oleh kelompok Taliban. Beijing kini mungkin sudah dianggap saudara oleh Taliban, sehingga kerjasama strategis mulai terjalin antar kedua negara,” kata Furqan Raka kepada wartawan, Jum’at 20 Januari 2023.
 
Kerjasama eksplorasi minyak Afghanistan, lanjut Furqan, akan dijadikan Tiongkok sebagai salah satu penyangga utama energi dan sejumlah proyek strategis dalam rangka menjadi negara dominan di tingkat dunia.
 
Salah satunya proyek strategis dan ambisi Tiongkok adalah Belt and Road Initiative (BRI). Tiongkok berusaha mengintegrasikan Eurasia dengan membangun jalan lintas benua dan rel kereta api, serta membangun rute logistik baru yang memungkinkan barang masuk dan keluar dengan lancar dari Tiongkok.  
 
“Beijing juga butuh energi dari minyak menggerakkan mesin-mesin proyek mereka di sejumlah wilayah yang diklaim Tiongkok miliknya, seperti pulau-pulau di Laut China Selatan,” ungkap Furqan.
 
Bukan sekadar mesin-mesin proyek pembangunan, DPP PII menyebut infrastruktur serta peralatan militer Tiongkok, dari kapal perang hingga pesawat tempur yang sering berseliweran di kawasan Laut China Selatan, juga memerlukan energi yang berasal dari minyak bumi. Dari berbagai hal ini, Afghanistan diminta waspada.
 
DPP PII mengingatkan Pemerintah Afghanistan agar tidak terjebak akibat kerjasama ini. Pasalnya, berdasarkan kajian DPP PII, yang dirasakan sejumlah negara lain, kerjasama dengan Tiongkok ini berujung sebagai jebakan utang.
 
Setidaknya lebih dari 40 negara berpenghasilan rendah dan menengah, memiliki utang dengan Tiongkok, lebih dari 10 persen dari PDB mereka. Sementara itu, negara seperti Djibouti, Laos, Zambia, dan Kirgistan memiliki utang Tiongkok yang setara dengan setidaknya 20% dari PDB tahunan mereka.
 
Beragam jenis utang dari pihak BUMN, bank, serta usaha patungan atau lembaga swasta Tiongkok ini lah yang kemudian dianggap sebagai "jebakan utang" atau "utang tersembunyi".
 
Sebab, sebagai mana diketahui, Tiongkok tidak memublikasikan catatan pinjaman luar negerinya, dan sebagian besar kontraknya mengandung klausul non-disclosure yang mencegah peminjam mengungkapkan isinya.
 
“Hati-hati dengan tawaran perjanjian kerjasama dengan Tiongkok, bisa jadi ini jebakan utang, seperti yang menimpa beberapa negara dunia,” pungkas Furqan Raka.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DHI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan