medcom.id, Jakarta: Peran media di negara-negara Islam dinilai sangat penting untuk menyuarakan tuntutan kemerdekaan bagi Palestina. Keterlibatan media dianggap bisa menjadi senjata.
"Kita menyambut baik sekaligus mengapresasi (konferensi internasional) tentang Islamic media ini. Karena mungkin banyak sekali yang dihasilkan dari berbagai macam pertemuan, konferensi-konferensi yang belum sepenuhnya diberitakan, yang belum sepenuhnya mungkin ditindak lanjuti pada tingkat grass root," ujar Wakil Menteri Luar Negeri RI A.M Fachir, di dalam pertemuan International Conference of Islamic Media (ICIM), di Wisma Antara, Jakarta, Rabu (25/5/2016).
"Jadi media mempunyai peranan penting di dalam paling tidak, mengetahui apa yang sudah dilakukan pada tingkat pemerintah, pada tingkat rakyat," lanjutnya.
Mantan Dubes Indonesia untuk Arab Saudi itu menambahkan, selama ini banyak diselenggarakan beberapa pertemuan, antara lain ada KTT OKI di Turki, pertemuan Isomil. Bahkan Indonesia sebelumnya menyelenggarakan KTT Luar Biasa OKI khusus untuk Palestina.
Indonesia juga mengadakan KTT Asia-Afrika dan melakukan pertemuan khusus dengan negara-negara OKI dan mengajukan sebuah pemikiran pembentukan contact group mengenai konflik di antara negara-negara OKI. Namun setelah semua pertemuan itu, perlu ada tindak lanjut dan diperhatikan oleh segenap pihak.
Persoalan Palestina dan wilayah Al-Aqsha selama ini hanya dipandang sebagai pertikaan politik antara Israel dengan Palestina. Bahkan seringkali penduduk Palestina dinilai sebagai biang keladi pertikaian di antara kedua bangsa. Dunia pun mendapatkan persepsi keliru mengenai bangsa Palestina.
Tidak hanya itu pemberitaan mengenai Palestina seringkali tidak berimbang. Tak kurang pemberitaan terhadap perjuangan Palestina masih sangat terbatas dan bahkan pemberitaan mengenai Islam sering dikaitkan dengan terorisme.
"Ini semua, kita melihat peran penting dari media, terutama media berbasis Islam untuk ikut juga menyuarakan baik hasil-hasil maupun pesan-pesan yang disampaikan melalui pertemuan-pertemuan itu," tegas Wamenlu Fachir.
"Ini masalah kemerdekaan, masalah kemerdekaan adalah masalah kemanusiaan, masalah keadilan adalah masalah kemanusiaan. Karena itu, saya melihat hampir semua pertemuan-pertemuan yang dilakukan dalam konteks OKI, yang dikedepankan adalah masalah persatuan, yang dikedepankan adalah masalah keadilan," pungkasnya.
Wamenlu menegaskan kembali bahwa persatuan adalah antar manusia. Keadilan adalah agar dunia memandang adil terhadap apa yang terjadi terutama di Palestina, yang sampai sekarang belum merdeka. Palestina merupakan satu-satunya negara yang ikut Konferensi Asia Afrika 60 tahun lalu dan hingga saat ini belum merdeka.
"Hal ini adalah tanggungjawab kita semua. Itu yang saya sebut justice (keadilan)," ucap Fachir.
Selain itu Fachir melihat peran media sangat krusial untuk isu Palestina. Baginya media menyuarakan pesan untuk khalayak luas.
"Saya melihat justru media itu seperti pendakwah. Media menyebarkan nilai-nilai positif dari risalah apapun, termasuk dalam hal ini risalah Islam. salah satu isu besar yang dihadpai adalah masalah keadilan dan kemerdekaan," tutur Wamenlu.
"Orang tidak bisa melihat lagi isu Palestina sebagai suatu isolasi. Media melihat dalam hal yang perspektif. Makanya tadi saya sebut Israel tidak akan merasa aman selama Palestina belum merdeka. Eropa pun tidak akan merasa nyaman kalau masih ada ketidakadilan," imbuhnya.
Di mata Wamenlu Fachir, diharapkan peran media bisa disadari oleh masyarkat untuk mendorong pemerintahnya menuju ke langkah-langkah positif.
Diharapkan penyelenggaraan Konferensi Internasional Media Islam (ICIM) dapat menjadi momen strategis di tengah semakin meningkatnya dukungan negara-negara di dunia terhadap kemerdekaan Palestina dan pembebasan Al-Aqsha serta dunia Islam pada umumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News