Direktur PWNI dan BHI Kemlu RI, Lalu Muhamad Iqbal (Foto: MTVN)
Direktur PWNI dan BHI Kemlu RI, Lalu Muhamad Iqbal (Foto: MTVN)

Dua WNI Eks Sandera Abu Sayyaf Diserahkan ke KJRI Davao

Sonya Michaella • 13 Desember 2016 16:47
medcom.id, Jakarta: Dua ABK WNI korban penyanderaan kelompok Abu Sayyaf yaitu Muhammad Nasir dan Robin Pieter sudah diserahkan ke KJRI Davao, untuk segera dipulangkan ke Tanah Air.
 
"Sudah diserahkan kepada konsuler kita dari Manila ke Davao. Untuk sementara, istirahat di Davao untuk pemulihan. Kita lihat Davao juga lebih kondusif, dari pengalaman kemarin-kemarin, proses keluar lebih mudah dari pada di Manila," kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri RI, Lalu Muhamad Iqbal, di Jakarta, Selasa (13/12/2016).
 
"Saya belum komunikasi lagi dengan Konjen RI. Hari ini akan dicek kondisi psikologisnya. Biasanya pemeriksaan kesehatan sudah, tapi ya kita kirim psikolog dari sini, kalau dibutuhkan," lanjutnya lagi.

Robin dan Nasir disandera selama 172 hari oleh kelompok Abu Sayyaf di kawasan perairan Sulu, Filipina Selatan. Mereka dibebaskan pada Senin 12 Desember, siang hari, waktu setempat. Dan kedua WNI ini dibebaskan oleh kelompok MNLF.
 
Perompakan kapal TB Charles tempat Nazir dan Peter bekerja terjadi 22 Juni. Dari 13 ABK, 7 ABK diculik dan disandera oleh 2 faksi Abu Sayyaf yang berbeda. 
 
"Jadi, satu kerja sama dalam pembebasan ini. Dilakukan tim di lapangan dengan memanfaatkan jasa baik MNLF, tapi kita semua tahu bahwa antara Nur Misuari dan Al Habsi Misaya masih ada persoalan pribadi," tutur Iqbal.
 
Sampai saat ini, masih ada empat ABK WNI yang disandera dua kelompok Abu Sayyaf yang berbeda. Iqbal menegaskan bahwa pembebasan tetap dilakukan. Kemenlu RI juga terus berkomunikasi dengan keluarga korban.
 
Menurut penurutan Iqbal, seharusnya penyanderaan di perairan Sulu sudah tak ada lagi, sebab SOP joint patrol antara tiga negara sudah berjalan.
 
"Setelah delapan kali pertemuan sampai disepakatinya SOP itu kan sekarang sudah de facto, jadi sudah nggak ada lagi penyanderaan di Sulu," ucapnya.
 
Maka dari itu, kini penyanderaan berpindah ke perairan Sabah, Malaysia. Diungkapkan, kelompok militan yang melakukannya pun berasal dari kelompok yang sama.
 
"Kenapa pindah ke Sabah, karena di Sulu sudah aman. Mereka (kelompok militan) itu ada spesialisasinya sendiri. Ada yang tugasnya menculik saat di perairan, setelah itu dioper ke orang yang tugasnya menyandera," pungkas Iqbal.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan