Penjualan unggas hidup kini ditangguhkan di Changsha, Ibu Kota provinsi Hunan, Tiongkok tengah. Begitu pula di seluruh pasar provinsi timur Zhejiang.
Kantor berita Xinhua melaporkan, Minggu 12 Februari, otoritas se-Tiongkok kini sibuk menangani puluhan kasus baru flu burung varian H7N9.
Hampir 300 pasar dan rumah pemotongan hewan ditutup di kota Tiongkok barat daya Suining, di mana pihak berwenang juga menindak bisnis unggas yang tidak sah.
Dilansir Associated Press, Senin 13 Februari, disebutkan bahwa 21 orang di provinsi Jiangsu meninggal dunia pada Januari setelah tertular H7N9. Otoritas Hunan telah melaporkan setidaknya lima kematian tahun ini, dan bayi perempuan meninggal di provinsi Yunnan.
Wabah flu burung H7N9 yang menjangkiti manusia kali pertama melanda Tiongkok pada Maret 2013. Korban tewas lebih dari 40 orang dan menghancurkan industri unggas.
Virus H7N9 lebih tidak fatal dibanding turunan H5N1, yang disebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai penyebab ratusan kematian di seluruh dunia selama satu dekade terakhir.
Kebanyakan pasien H7N9 diyakini menyentuh unggas yang terinfeksi atau memasuki daerah terkontaminasi, menurut sebuah peringatan WHO yang dipublikasikan bulan lalu. Para ahli tidak percaya virus ini dapat menyebar luas di antara sesama manusia.
Di Guangzhou, kota terbesar ketiga Tiongkok, 30 persen lebih dari pasar unggas hidup yang ditemukan terkontaminasi H7N9. Pihak berwenang di Guangzhou untuk sementara membekukan tiga hari perdagangan unggas sebagai upaya membatasi virus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News