Tim penjinak bom langsung bergegas ke Wah Yan College di distrik Wanchai usai seorang petugas pembersih menemukan dua benda mencurigakan.
"Dua bom itu ditemukan dalam kondisi utuh, masih aktif dan siap digunakan," kata seorang penjinak senior, Alick McWhirter, dikutip dari The Straits Times, Selasa 10 Desember 2019.
McWhirter mengatakan dua bom itu mengandung bahan peledak dengan berat total 10 kilogram. Kedua bom itu disebutnya sudah didesain agar bisa diledakkan dari jarak jauh dengan menggunakan detonator telepon seluler.
Sejumlah paku ditempelkan di dua bom tersebut untuk menambah daya rusak. "Dua bom ini hanya memiliki satu fungsi, yakni membunuh atau mencederai banyak orang," tutur McWhirter.
Polisi meyakini Wah Yan College bukan target serangan pihak pembuat bom. Kedua bom itu diyakini hanya disembunyikan di sana untuk digunakan di lain waktu.
Penemuan dua bom terjadi di tengah gelombang protes massa yang telah berlangsung selama lebih dari enam bulan -- meski tiga bulan terakhir situasinya relatif mereda.
Aksi protes di Hong Kong yang dimulai Juni lalu dipicu Rancangan Undang-Undang Ekstradisi. Namun unjuk rasa ini berevolusi dan menjadi gerakan perjuangan menegakkan demokrasi Hong Kong.
Situasi di Hong Kong kini relatif lebih tenang usai pemilihan umum lokal berlangsung dua pekan lalu. Pemilu berakhir dengan kemenangan para kandidat pro-demokrasi.
Hong Kong adalah bekas koloni Inggris, yang sudah dikembalikan ke Tiongkok pada 1997 di bawah sistem "Satu Negara, Dua Sistem." Sistem tersebut menjamin otonomi Hong Kong.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News