"Selamat Hari Raya Natal bagi semua warga Kristen kami, semua warga Irak dan semua yang merayakan di seluruh dunia," ucap pemerintah Irak dalam akun resmi Twitter, seperti dilansir dari kantor berita CNN, Selasa 25 Desember 2018.
Sebelum invasi yang dipimpin Amerika Serikat ke Irak pada 2003, ada sekitar 1,4 juta pemeluk Kristen di negara tersebut. Jumlah tersebut berkurang hingga hanya sekitar 300 ribu karena banyak dari mereka melarikan diri dari Irak karena khawatir diserang sejumlah grup bersenjata.
Menurut catatan CNN, munculnya ISIS di Irak sejak 2014 membuat sisa-sisa pemeluk Kristen di negara tersebut melarikan diri atau tewas terbunuh dalam berbagai serangan. Namun setelah tahun lalu pemerintah Irak mendeklarasikan bahwa ISIS telah kalah, diharapkan para pemeluk Kristen dapat pulang ke rumah masing-masing.
Pada 2016, sebuah kota Bartela yang mayoritas dihuni Kristen merayakan Natal untuk kali pertama setelah pasukan Irak berhasil mengusir ISIS. Di kota tersebut, terlihat sebuah patung keagamaan yang dirusak ISIS di depan Gereja Mart Shmony.
Awal Desember, pemerintah dan masyarakat Irak merayakan satu tahun kemenangan melawan ISIS. Perdana Menteri Adel Abdel Mahdi ingin menjadikan momen satu tahun ini sebagai momentum untuk memerangi korupsi dan memastikan ratusan ribu warga Irak yang telantar dapat pulang ke rumah masing-masing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News