Serangan yang terjadi dekat Stasiun Kereta Api Utama Ankara dianggap menjadi yang paling mematikan dalam sejarah kota tersebut. Hal ini memicu ketegangan menjelang pemilu Turki November mendatang.
Mayat para aktivis terlihat berserakan di tanah setelah ledakan. Spanduk dengan pekikan "Kerja, Perdamaian dan Demokrasi" yang mereka suarakan terbaring di samping mereka
Kekacauan sempat terjadi setelah ledakan. Ambulans bergegas untuk sampai ke orang yang terluka sedangkan polisi mengepung daerah sekitar stasiun kereta api.
"Kami mendengar ledakan besar satu dan kemudian satu ledakan yang lebih kecil dan kemudian ada gerakan besar dan panik. Kemudian kita melihat mayat di sekitar stasiun," kata Ahmet Onen, 52, seorang saksi mata. "Sebuah demonstrasi yang mempromosikan perdamaian telah berubah menjadi pembantaian, saya tidak mengerti ini."
62 orang dikabarkan tewas di lokasi sedangkan 24 lainnya menghembuskan nafas terakhir ketika dilarikan ke rumah sakit. Menteri Kesehatan Mehmet Muezzinoglu kepada wartawan mengatakan, ada 186 orang lainnya yang terluka dalam serangan itu.
Presiden Turki Presiden Recep Tayyip Erdogan mengecam serangan keji tersebut. Dia mengatakan itu serangan itu ditujukan pada persatuan dan perdamaian negara.
Seorang pejabat pemerintah Turki kepada AFP mengatakan, pemerintah menduga serangan ini ada hubungannya dengan teroris. Laporan-laporan mengatakan pemerintah sedang menyelidiki apakah seorang pembom bunuh diri terlibat dalam ledakan. (AFP)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News