Di samping apa yang sedang terjadi di dalam negeri Iran, negara ini juga berkomitmen untuk terus meningkatkan kerja sama dengan Indonesia di berbagai bidang.
Tak hanya itu, dengan dilandasi asas memiliki pandangan yang sama, Iran juga berkomitmen untuk terus menciptakan perdamaian dan stabilitas di kawasan serta global.
Medcom.id berkesempatan untuk mewawancarai Duta Besar Iran untuk Indonesia, Valiollah Mohammadi yang secara gamblang menjabarkan hubungan Iran dan Indonesia, kisruh yang terjadi di Iran dan sederet permasalahan internasional lainnya yang membawa nama Iran. Berikut wawancaranya:
Memasuki tahun 2018, apa yang ingin ditingkatkan dari hubungan bilateral Iran dan Indonesia?
Sebelum saya menjawab, saya ingin menjelaskan bahwa perkembangan positif terlihat dari dua tahun belakangan antara hubungan Iran dan Indonesia. Sejarah yang dimiliki dua negara juga menimbulkan adanya persamaan antara kita. Dua tahun terakhir, hampir semua bidang kerja sama mengalami kemajuan. Maka dari itu, kami berharap dan sangat optimistis bahwa di tahun 2018, kita bisa melihat hasil-hasil dari kerja sama yang sudah dibuat di tahun-tahun sebelumnya.
Hubungan diplomatik dua negara selama dua tahun terakhir, khususnya politik, mengalami peningkatan. Salah satunya ketika Iran dan Indonesia melaksanakan pertemuan Komite Konsultasi Dua Pemerintah di bidang politik. Kami juga bekerja sama di berbagai organisasi internasional, adanya konsultasi di bawah wadah organisasi internasional dan pertukaran kunjungan pejabat tinggi dua negara.
Kami melihat adanya pandangan dan pemikiran yang sama antar dua negara. Saya yakin, 2018 akan menjadi tahun cemerlang dan penting bagi hubungan Iran dan Indonesia. Perkembangan ekonomi juga cukup baik. Kami saling melengkapi di bidang ini. Saya melihat, di 2018, ekonomi dua negara akan maju pesat.
Kami telah melaksanakan komite bersama di bidang ekonomi. Ada komite kerja sama di dalam komite ini seperti misalnya di bidang pertanian, perbankan, perikanan, dan industri. Tercatat di 2017, volume perdagangan Iran dan Indonesia meningkat sampai 50 persen.
Di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi canggih, kami telah bekerja sama dengan Indonesia, misalnya rektor, akademisi dan perguruan tinggi dua negara berkunjung satu sama lain. Ada komite yang juga dibentuk di bidang ini. Kami berharap, dengan langkah-langkah konkret, dua pihak bisa merasakan kemajuan di sektor ini pada 2018.
Di sektor pariwisata, ada kemajuan pada 2017 dan berharap daoat meningkat tahun ini. Jumlah wisatawan Iran ke Indonesia meningkat dua kali lipat dibanding tahun 2016. Begitupun sebaliknya, wisatawan Indonesia ke Iran juga berlipat ganda.
Ada kerja sama untuk meningkatkan bidang ini, yaitu kami sedang menggarap negosiasi penerbangan langsung Teheran-Jakarta. Diharapkan dengan adanya penerbangan langsung ini, hubungan masyarakat dua negara meningkat dan pariwisata juga meningkat.
Hubungan Iran dan Indonesia, saya rasa, sudah berjalan ke arah yang tepat. Kami sangat menunggu untuk hasil-hasil dari rencana yang sudah kami susun.
Soal penerbangan langsung Teheran-Jakarta, kapan hal ini akan terealisasikan?
Untuk hal ini, sedang tahap finalisasi. Salah satu maskapai penerbangan Iran sudah menyampaikan kesanggupannya untuk direct flight ke Jakarta. Saya prediksi, mungkin Maret tahun ini sudah bisa selesai dan bisa langsung diadakan penerbangan langsung.
Sektor dari Indonesia apa yang terbilang penting untuk Iran dan bagaimana prediksi Anda untuk 2018 nanti?
Saya bisa sebutkan tiga bidang dari Indonesia yang penting untuk Iran, pertama adalah ilmu pengetahuan dan teknologi canggih. Iran sangat memiliki kemampuan di bidang itu, contohnya di sektor teknologi Nano (untuk kesehatan). Teknologi Nano Iran berada di peringkat enam di dunia. Nano juga berguna untuk bidang industri, farmasi di mana Iran sudah siap untuk bekerja sama di bidang Nano ini. Beberapa langkah sudah diambil pada 2017, salah satunya adanya agenda kerja yang melibatkan perguruan tinggi.
Yang kedua adalah pariwisata. Kami ingin masyarakat Iran mengetahui lebih soal Indonesia, begitupun sebaliknya. Saya bisa memprediksikan bahwa di 2018, wisatawan dua negara akan meningkat, apalagi setelah adanya penerbangan langsung yang akan sangat membantu memajukan industri ini.
Lalu yang ketiga adalah ekonomi dan energi. Khususnya di bidang energi, sudah banyak yang dilakukan. Kami berharap hasil nyatanya bisa dilihat di 2018. Salah satunya yang sudah digarap adalah industri perminyakan. Iran akan menindaklanjuti kerja sama membuat kilang minyak di Indonesia. Kami juga sedang menggarap kerja sama dengan Pertamina untuk negosiasi investasi dua ladang minyak Iran. Pembangkit listrik dari Iran juga sudah siap untuk membantu Indonesia meningkatkan daya produksi listrik.
Untuk memperlancar semua bidang kerja sama antara Iran dan Indonesia, kuncinya adalah pengetahuan para pelaku usaha dua negara. Jika pengetahuan sudah banyak, otomatis kita akan menyaksikan peningkatan hubungan ekonomi dan dagang dua negara. Selama ini, faktor yang menghambat kerja sama ekonomi dua negara adalah minimnya pengetahuan antar pelaku usaha terkait potensi satu sama lain. Kini, hambatan itu sudah bisa diatasi dengan meningkatkan pengetahuan satu sama lain.

Wawancara Medcom.id dengan Dubes Iran/Fajar Nugraha
Beralih ke isu politik, apa saja yang sudah dilakukan Iran dan Indonesia untuk menciptakan stabilitas dan perdamaian mengingat kondisi dunia saat ini yang dinamis?
Tentu Iran dan Indonesia mempunyai kebijakan dan pandangan yang sama. Maka, ini menjadi modal kedua negara untuk bekerja sama di pentas internasional. Salah satunya kebijakan dua negara soal Palestina dan masyarakat di sana. Kasus ini sudah menjadi persoalan internasional. Kami melihat adanya persamaan kebijakan antar Iran dan Indonesia. Dua negara punya kesempatan untuk berkontribusi dalam menyelesaikan masalah ini.
Iran dan Indonesia juga sama-sama anggota IORA, D8, Gerakan Non-Blok, dan OKI. Kami juga bekerja sama menyelesaikan masalah yang menimpa dunia Islam. Islamphobia tersebar luas di beberapa belahan di dunia, negara Islam berhadapan dengan berbagai persoalan yaitu teroris dan radikalisme. Kami percaya Iran bisa bekerja sama dengan Indonesia untuk melawan radikalisme dan memberikan pengertian yang benar tentang Islam.
Banyak pelaku teroris mengatasnamakan agama Islam. Iran mendapat tuduhan bahwa kami menyokong terorisme. Padahal sebenarnya, Iran adalah negara korban terorisme. Setelah Revolusi Iran 1979, kelompok-kelompok teror melakukan serangan teror di Iran dan menyebabkan lebih dari 18 ribu warga kami tewas, termasuk anggota parlemen, pemerintahan dan kepolisian. Kami adalah korban pertama aksi terorisme di dunia. Negara yang menjadi korban teror tidak mungkin menjadi pendukung gerakan teror.
Kami selalu menyampaikan bahwa tuduhan itu hanya sebatas tuduhan dan sangat tidak benar. Ketika pihak-pihak tersebut menuduh, coba ditanya seperti apa bentuk dukungan Iran terhadap kelompok terorisme. Pasti mereka tidak bisa menjawab. Pasti yang mereka jawab adalah pengaruh Iran di Irak dan Suriah. Namun kenyataannya, Iran menerima undangan resmi dari Irak dan kami hadir di Irak untuk melawan ISIS dan berhasil membantu pasukan Irak mengusir ISIS.
Di Suriah juga sama. Kami datang atas undangan sah pemerintahan Suriah untuk membantu mereka mengusir ISIS. Kami juga senang ISIS berakhir di Irak dan Suriah. Namun, tidak ada yang menyebutkan bahwa Iran juga ikut berpartisipasi melawan ISIS di Irak dan Suriah.
Ironis bahwa pihak yang menciptakan ISIS tidak pernah disebut, yang memberi dorongan ke ISIS tidak pernah disebut, tapi yang melawan ISIS malah dituduh mendukung ISIS.
Hal lain yang terjadi, Iran dituduh soal Palestina. Kami sangat mendukung kemerdekaan Palestina, sama seperti Indonesia. Kami juga melawan zionis Israel yang menjajah Palestina. Di kasus ini, Iran malah dituduh mendukung Hizbullah. Padahal mereka adalah bagian resmi dari Pemerintah Lebanon. Hizbullah yang bertahan ketika zionis Israel menyerbu Lebanon dan mereka lah yang melindungi Lebanon. Apakah ini yang disebut dukungan Iran ke terorisme? Tentu Hizbullah memiliki porsi di Parlemen Lebanon dan bergabung bersama angkatan bersenjata. Itu adalah contoh dukungan Iran di Irak, Suriah, dan Palestina serta Lebanon. Dunia ini merupakan dunia yang melihat negara dengan standar-standar ganda dan melawan penjajahan malah disebut negara mendukung terorime.
Iran percaya dan selalu menyuarakan stabiitas keamanan di kawasan kami harus selalu dijaga. Kami menolak terorisme dan radikalisme dan gerakan-gerakan ekstrimis.
Yang kami lihat, harusnya Iran diapresiasi atas apa yang dilakukan untuk melawan terorisme dan gerakan radikal di kawasan. Sayang sekali, adanya kepentingan politik negara-negara tertentu, Iran malah dituduh hal yang tidak benar dan sangat tidak berdasar. Sejarah tidak dapat dibohongi. Masyarakat bisa menilai negara mana yang melawan dan mendukung terorisme.
Di bidang ekonomi, Anda menyebutkan ada kerja sama minyak dengan Indonesia saat ini, dan Iran termasuk negara anggota di OPEC. Apakah Iran melihat negara anggota lain di OPEC sebagai saingan dalam ekspor minyak?
Iran baru dua tahun lepas dari sanksi. Pada dasarnya, kami percaya sanksi dan embargo adalah tindakan yang melawan HAM. Korban utama dari embargo adalah masyarakat. Jika dunia ini ingin keadilan. seharusnya pihak-pihak yang menjatuhkan sanksi adalah pihak-pihak yang dihukum atas tindakan mereka melawan HAM.
Misalnya adalah dilarangnya impor obat-obatan jenis tertentu. Masyarakat adalah korban utama. Contoh lainnya adalah ketika embargo pesawat atau suku cadang tertentu. Aksi ini tentu berimbas terhadap keselamatan penumpang.
Di Iran, demokrasi berjalan dengan baik. Masyarakat dan pemerintah juga baik. Berkat dari hubungan baik ini, Iran bisa melewati sanksi dengan baik dan ada kemajuan di berbagai bidang. Apalagi setelah Iran mencapai kesepakatan nuklir dan dicabutnya sanksi-sanksi, arus perekonomian Iran berjalan lebih cepat. Di 2018, kami memprediksi 4 sampai 6 persen kenaikan arus ekonomi negara.
Soal saingan di OPEC, kami tidak merasa memiliki saingan di organisasi ini. Iran bergabung dengan OPEC sejak awal berdiri, kami anggota pertama. Porsi yang jelas juga sudah diberikan OPEC untuk negara anggotanya memproduksi dan mengekspor minyak ke negara lain. Hal yang terjadi ketika kami dikenakan sanksi, kami dibatasi volumenya. Jadi, setelah kami lepas dari sanksi, kami akan berusaha untuk memenuhi syarat umum OPEC. Kami ekspor minyak sesuai dengan kesepakatan yang dicapai dan kami tidak memiliki persaingan dengan siapapun.
Soal demo yang pekan lalu terjadi di Iran, apa yang terjadi sebenarnya dan apa yang rakyat inginkan dari pemerintah Iran?
Intinya, rakyat di Iran bebas untuk menyampaikan pendapatnya. Contohnya di dalam pemilu, mereka juga menentukan pilihan mereka sendiri. Tidak ada jarak antara masyarakat dan pemerintah.
Dalam sistem demokrasi, unjuk rasa masyarakat itu sangat wajar adanya. Itu bentuk hak masyarakat untuk menyuarakan pendapatnya.
Terkait demo kemarin, demo ini bukan demo anti-pemerintah. Yang ada mereka meminta bantuan pemerintah untuk menolong mereka karena adanya permasalahan dengan badan finansial swasta. Badan ini berjanji akan memberikan bunga yang cukup besar untuk rakyat dengan menyimpankan uang mereka. Namun, karena pengelolaan yang kurang baik, badan ini bangkrut. Demo besar-besaran yang disebut itu adalah masyarakat yang meminta bantuan pemerintah untuk mengembalikan uang mereka.
Kami telah menghimpun bahwa hanya ada 25 ribu orang yang demo menentang pemerintah. Kelompok ini lah yang ditunggangi pihak-pihak asing untuk menghancurkan Iran dari dalam. Tahun lalu, ada konferensi yang membahas soal Iran di mana digelar oleh negara-negara Eropa. Mereka lihat tidak ada keberhasilan apapun jika melawan Iran dari luar, maka mereka memutuskan untuk melawan Iran dari dalam.
Jadi, kami tegaskan bahwa demo tersebut bukanlah demo anti-pemerintah melainkan adalah demo yang meminta bantuan dan mendukung pemerintah. Tiga hari serangan di kota-kota kecil Iran ini lah yang menunjukkan adanya kampanye hitam dari negara-negara asing. Mesin kampanye hitam Barat telah berfungsi dengan cara menyebarkan berita dan video palsu soal demo di Iran. Padahal video tersebut bukanlah yang sedang terjadi saat ini.
Polisi juga menjalankan tugasnya dengan baik dan menggunakan toleransi untuk membubarkan massa. Namun, berita yang beredar malah sebaliknya. Dikatakan bahwa polisi di Iran yang menyebabkan puluhan warga Iran tewas dalam aksi membubarkan demo.
Skenario yang mereka (Barat) punya itu sama dengan di Suriah. Mereka ingin gerakan-gerakan dimulai dari kota kecil dan pemberontakan meluas ke tempat-tempat agama. Sayang, usaha yang mereka susun untuk menyerang Iran, tidak berhasil.
Saya sangat menyayangkan bahwa beberapa media di Indonesia juga menampilkan tayangan yang diberitakan oleh media Barat. Melalui wawancara ini, saya tegaskan bahwa tidak ada demo anti-pemerintah di Iran.
Persoalan yang terjadi di Iran hanya berlangsung dua sampai tiga hari dalam skala kecil. Iran juga sudah melaksanakan konferensi soal keamanan. Masyarakat Iran percaya bahwa demo itu digerakkan pihak asing.
Di awal kejadian ini, kita melihat bahwa ada seorang presiden dari negara terbesar di dunia yang setiap hari berkomentar lewat media sosial untuk mendukung kelompok pemberontak Iran terus melanjutkan aksinya. Ini sangat ironis karena presiden itu seperti tidak memiliki pekerjaan hingga mengurusi masalah internal negara lain.
Saya mengajak masyarakat Indonesia untuk berkunjung ke Iran dan melihat kenyataannya betapa berbedanya dengan apa yang diberitakan media asing.
Presiden salah satu negara terbesar di dunia ini mendukung protes di Iran, namun negara ini juga menginisiasikan rapat darurat di DK PBB untuk membahas Iran. Apa tanggapan Anda?
Sangat ironis bahwa ketika jumlah kecil yang orang tersebut (Presiden AS Donald Trump) dukung selalu disebut-sebut olehnya, tetapi jika ribuan, bahkan jutaan warga Iran mendukung pemerintah, tidak disebutkan.
Tanggung jawab DK PBB adalah menjaga perdamaian dan keamanan dunia. Setahu saya, DK PBB tidak akan pernah mencampuri urusan internal suatu negara, kecuali persoalan itu menggangu perdamaian dunia.
Apakah demo tiga hari di Iran ini mengganggu perdamaian dunia hingga harus dibahas di rapat darurat DK PBB? Jelas pertemuan itu tidak menghasilkan apapun karena sebagian besar negara anggota tetap maupun tidak tetap, tidak setuju jika masalah Iran dibahas di DK PBB.
Ini kedua kalinya negara tersebut merasakan kesendiriannya di DK PBB. Pertama saat masalah Palestina, dan kedua, saat masalah Iran ini.
Kita beralih ke konflik Yaman. Iran menerima banyak tuduhan bahwa Iran menjual nuklir ke Houthi. Apakah itu benar? Dan bagaimana sebenarnya posisi Iran di Yaman?
Pertama, Iran tidak memiliki senjata nuklir. Logikanya, bantuan kemanusiaan saja dihalangi untuk masuk ke Yaman, bagaimana nuklir bisa masuk ke sana?
Sekarang, sudah lebih dari 1.000 hari Yaman diserang. Serangan ini menimpa masyarakat, infrastruktur dan bangunan-bangunan umum. Kedutaan-kedutaan juga jadi sasaran. Ribuan orang tewas dan seharusnya tekanan dunia internasional ditujukan untuk pihak yang menyerang Yaman. Mereka yang membuat kekacauan di Yaman. Negara tersebut sedang krisis kemanusiaan. Dunia internasional seakan tidak ada suaranya kepada pihak-pihak yang memulai serangan.
Mereka menuduh Iran dikarenakan tidak ada keberhasilan apapun di Yaman. Mari kita lihat isu ini dari dimensi yang berbeda. Mengapa perang di Yaman dimulai? Mengapa Yaman masih dibelenggu krisis kemanusiaan sampai sekarang? Maka dari itu, Yaman mengadakan serangan balasan.
Dua hal yang ingin saya tegaskan soal Yaman, Iran tidak pernah menyuplai senjata apapun di Yaman dan sejak awal serangan ke Yaman dimulai, Iran sudah menyerukan bahwa perang di Yaman harus diselesaikan dengan dialog, bukan dengan kekerasan militer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News