Yoshiki Sasai, orang yang bertugas sebagai pengawas riset STAP, ditemukan tewas di Institut Riken, Kobe, Jepang, Selasa (5/8/2014).
"Kematiannya sudah dikonfirmasi sebagai bunuh diri," ucap seorang juru bicara polisi seperti dilansir Reuters. "Ia menggantung dirinya sendiri."
Sasai, pria 52 tahun, dirawat di rumah sakit sejak Maret lalu karena mengalami stres berat. Tim STAP, yang dipimpin ilmuwan perempuan bernama Haruko Obokata, rupanya menerbitkan hasil riset palsu. Sasai yang bertindak sebagai supervisor langsung mengalami depresi berat.
"Ia benar-benar sudah kelelahan saat saya berbicara dengannya di telepon," ucap juru bicara Riken, Satoru Kagaya.
Sementara itu Obokata, perempuan yang menyetujui hasil risetnya ditarik dari dunia sains, mengaku terkejut mendengar kabar kematian atasannya. Ia pun langsung diawasi dua staf Riken, untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan.
Sasai diketahui meninggalkan lima pesan bunuh diri, termasuk dua untuk pejabat senior Riken.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News