Ilmuwan biologi asal Institut Riken Jepang Yoshiki Sasai dalam konferensi pers di Tokyo -- TORU YAMANAKA / AFP
Ilmuwan biologi asal Institut Riken Jepang Yoshiki Sasai dalam konferensi pers di Tokyo -- TORU YAMANAKA / AFP

Stres dan Malu, Ilmuwan Biologi Jepang Bunuh Diri

Willy Haryono • 05 Agustus 2014 17:19
medcom.id, Tokyo: Seorang ilmuwan Jepang yang mengawasi riset stem cell atau sel punca membunuh dirinya sendiri. Ia mengalami stres berkepanjangan setelah riset sel punca STAP yang dilakukan timnya, dinyatakan sebagai kebohongan publik.
 
Yoshiki Sasai, orang yang bertugas sebagai pengawas riset STAP, ditemukan tewas di Institut Riken, Kobe, Jepang, Selasa (5/8/2014).
 
"Kematiannya sudah dikonfirmasi sebagai bunuh diri," ucap seorang juru bicara polisi seperti dilansir Reuters. "Ia menggantung dirinya sendiri."

Sasai, pria 52 tahun, dirawat di rumah sakit sejak Maret lalu karena mengalami stres berat. Tim STAP, yang dipimpin ilmuwan perempuan bernama Haruko Obokata, rupanya menerbitkan hasil riset palsu. Sasai yang bertindak sebagai supervisor langsung mengalami depresi berat.
 
"Ia benar-benar sudah kelelahan saat saya berbicara dengannya di telepon," ucap juru bicara Riken, Satoru Kagaya.
 
Sementara itu Obokata, perempuan yang menyetujui hasil risetnya ditarik dari dunia sains, mengaku terkejut mendengar kabar kematian atasannya. Ia pun langsung diawasi dua staf Riken, untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan.
 
Sasai diketahui meninggalkan lima pesan bunuh diri, termasuk dua untuk pejabat senior Riken.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan