Langkah ini dikritik beberapa pihak, termasuk Negara Barat, seperti Amerika Serikat (AS), Prancis dan Jerman. Selain itu, beberapa aktivis, termasuk dari Amnesty International juga mengkritik langkah tersebut.
Peneliti Amnesty International, Patrick Poon mengatakan para tahanan Uighur dipaksa menghadiri pendidikan ulang mengenai politik. Mereka juga dipaksa mengutuk Islam dan bersumpah setia kepada Partai Komunis.
Bahkan, para Muslim Uighur dipaksa makan daging babi dan minum alkohol yang dilarang dalam agamanya.
Menurut Amnesty International, tempat penahan itu dibuat seperti untuk perang. "Ini menakutkan. Kami belum pernah melihat Tiongkok menahan orang dalam jumlah besar di sebuah lingkungan,” tutur Poon, dilansir dari The Independent, Senin, 17 Desember 2018.
Menurut laporan lain dari para aktivis Uighur yang disampaikan Poon, terdapat tiga juta orang yang ditahan di lokasi penahanan itu. Angka ini sangat besar dan perlu dijadikan perhatian dunia.
Namun, hal tersebut dibantah oleh Pemerintah Tiongkok. Mereka mengklaim para tahanan bersyukur berada di kamp ini. Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok, Le Yucheng menuturkan kepada Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bantahan dari negaranya. Menurut dia, hal tersebut bermuatan politis.
Le Yucheng menyebutkan wilayah Xinjiang menghadapi ancaman dari kelompok separatis Islam. Dia mengakui ada beberapa pejabat yang melakukan pelanggaran, namun membantah tuduhan penganiayaan tersebut.
"Stabilitas merupakan yang terpenting, kita harus melakukan pencegahan terlebih dulu. Menyiapkan pusat pelatihan merupakan tindakan mencegah dan memerangi terorisme," tuturnya.
Delegasi Tiongkok lainnya mengungkapkan usai pelatihan tersebut, para tahanan mendapatkan ijazah. Pelatihan ini diberikan kepada mereka yang terpengaruh kelompok ekstremis.
Dalam pertemuan tersebut, ahli hak asasi manusia PBB mengatakan menerima banyak laporan penahanan sejuta warga etnis Uighur pada 10 Agustus lalu. Sementara itu, selama pertemuan berlangsung, sekitar seribu orang dari Tibet dan Uighur melakukan protes di luar markas besar PBB di Jenewa.
Para pedemo membawa tanda-tanda bertuliskan 'Stop pembantaian etnis Uighur Tiongkok' dan 'Tibet Sekarat, Tiongkok Berbohong'.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News