Aparat keamanan berada di luar area sebuah gereja yang terkena ledakan bom rakitan di Jolo, provinsi Sulu, Filipina, 27 Januari 2019. (Foto: AFP/NICKEE BUTLANGAN)
Aparat keamanan berada di luar area sebuah gereja yang terkena ledakan bom rakitan di Jolo, provinsi Sulu, Filipina, 27 Januari 2019. (Foto: AFP/NICKEE BUTLANGAN)

Pemimpin Abu Sayyaf Sawadjaan Dalang Bom Gereja Jolo

Willy Haryono • 04 Februari 2019 18:47
Manila: Hatib Hajan Sawadjaan, pemimpin Abu Sayyaf Group (ASG), disebut otoritas Filipina sebagai "dalang" dan "pemodal" aksi pengeboman di sebuah gereja di Jolo, Provinsi Sulu. Serangan bom pada 27 Januari itu menewaskan 23 orang dan melukai 100 lainnya.
 
"Empat belas tersangka lain masih bebas berkeliaran, termasuk otak pelaku teror Sawadjaan. Sedangkan tiga orang lain, termasuk dua pengebom bunuh diri dari negara Asia telah tewas," ujar Kepala Kepolisian Nasional Filipina (PNP) Direktur Jenderal Oscar Albayalde pada Senin 4 Februari 2019.
 
Pernyataan disampaikan Albayalde usai seorang anggota ASG bernama Alias Kamah dan empat lainnya menyerahkan diri terkait pengeboman gereja Jolo.

"Dia (Sawadjaan) adalah orang yang mendanai serangan ini," ungkap Albayalde, seperti dilansir dari laman Rappler. PNP menduga pengeboman gereja di Jolo dilakukan dua orang asal salah satu negara di Asia, namun dengan bantuan grup Sawadjaan.
 
Sempat beredar kabar dua orang tersebut adalah warga negara Indonesia. Namun Kementerian Luar Negeri RI, yang terus berkoordinasi dengan otoritas Filipina, belum dapat mengonfirmasi kewarganegaraan maupun identitas keduanya.
 
Baca: Dugaan WNI Terlibat Bom Filipina Belum Dapat Dipastikan
 
Menurut urutan peristiwa versi Albayalde, Sawadjaan mendanai pembuatan bom rakitan (IED) dan berdiskusi dengan dua eksekutor rencana beberapa hari sebelum kejadian di Patikul. Sulu. Usai persiapan selesai, mereka semua pergi ke Jolo.
 
Saat ditanya bagaimana Sawadjaan mendanai pembuatan bom, Albayalde menduga kemungkinan uangnya berasal dari aksi pemerasan, penculikan dan bahkan peredaran narkotika oleh ASG.
 
"Selain pemerasan dan penculikan, sumber dana mereka mungkin adalah pengedaran narkoba, seperti yang sudah kami lihat di Marawi," sebut Albayalde.
 
Sawadjaan terakhir kali terlihat saat sekitar 100 anggota ASG bertempur dengan militr Filipina di Barangay Kabbon Takas di Patikul, Sulu, pada Sabtu pagi. Sawadjaan berhasil melarikan diri dari pertempuran.
 
Dia juga adalah salah satu petinggi ASG yang dilaporkan terluka dalam pertempuran melawan pasukan Filipina di Sulu pada September 2018.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan